Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Desa Eyam di Inggris, Contoh Pentingnya Isolasi dan Karantina

Kompas.com - 15/04/2020, 21:07 WIB
Nabilla Ramadhian,
Silvita Agmasari

Tim Redaksi

Dalam satu kasus, terdapat satu keluarga yang meninggal dalam seminggu. Pada Agustus 1666, puncak wabah tersebut, lima sampai enam orang meninggal dalam sehari.

Baca juga: Cegah Virus Corona, Jepang Tampung Tunawisma di Hotel

Melalui sebuah surat pada 20 November 1666, Mompesson menuliskan seperti apa kehidupan di Desa Eyam.

“Telinga saya tidak pernah mendengar ratapan sedih. Hidung saya tidak pernah mencium aroma yang mengerikan. Mata saya tidak pernah melihat pemandangan yang mengerikan,” tulis Mompesson, mengutip BBC.

Seorang warga bernama Elizabeth Hancock, mengutip Atlas Obscura, menguburkan suami serta enam dari tujuh anaknya dalam jangka waktu delapan hari pada Agustus 1666.

Meski begitu, infeksi wabah berkurang hanya lebih dari setahun setelah wabah memasuki Desa Eyam. Mompesson menuliskan bahwa infeksi terakhir terjadi pada 17 Oktober 1666.

Hancock merupakan salah satu dari beberapa orang yang selamat dari wabah tersebut. Dia mengubur keluarganya di sebuah ladang bukit di luar desa.

Ladang tersebut dikelilingi oleh tembok batu yang kini menjadi tempat peristirahatan keluarga Hancock dan dijadikan sebagai monumen National Trust.

Karantina mandiri berhasil menghentikan penyebaran wabah

Seorang ahli sejarah di Eyam, Francine Clifford, mengatakan bahwa kombinasi udara dingin dan siklus alami hidupnya wabah tersebut merupakan alasan dari matinya wabah.

Mengutip Business Insider, Clifford mengatakan bahwa merebaknya wabah-wabah di Inggris hampir selalu berlangsung sekitar satu tahun.

Baca juga: Pajak Hotel dan Restoran Diminta Dibebaskan Selama Wabah Virus Corona

Karantina mandiri yang dilakukan penduduk Desa Eyam berhasil mencegah penularan wabah lebih lanjut.

Clifford menuturkan bahwa jika wabah sampai ke Sheffield atau Manchester, kemungkinan besar wabah akan menjadi epidemi yang menyebabkan ribuan kematian.

Cara penduduk Desa Eyam mengetahui mereka telah terinfeksi

Seorang Visitor Operation Manager untuk Eyam Hall di National Trust, Jenny Aldridge, mengatakan kepada BBC bagaimana cara penduduk Desa Eyam mengetahui bahwa mereka telah terinfeksi.

Aldridge menuturkan bahwa mereka mulai mencium bau-bau manis. Katherine, istri Mompesson, mencatat bahwa tercium bau manis pada malam sebelum dia terinfeksi wabah.

Melalui hal tersebutlah Mompesson tahu bahwa istrinya telah terinfeksi.

Satu hal yang mengerikan adalah bau manis tersebut tercium karena kelenjar penciuman seseorang yang mendeteksi bahwa organ-organ dalam mereka mulai hancur dan membusuk.

Bagian dalam sebuah gereja di Desa Eyam.Marmalade Photos/Shutterstock Bagian dalam sebuah gereja di Desa Eyam.

“Ditambah dengan fakta bahwa penyakit-penyakit dianggap dibawa melalui udara seperti racun. Menyebabkan penduduk untuk mengenakan masker berisikan rempah-rempah,” kata Aldridge, mengutip BBC.

“Beberapa bahkan duduk di selokan karena mereka mengira bahwa aromanya yang buruk tidak akan membuat wabah masuk ke sana,” lanjutnya.

Baca juga: Kabar Gembira di Tengah Pandemi Covid-19: Pegunungan Himalaya Terlihat dari India

Saat ini, setiap tahun pada hari Minggu terakhir di bulan Agustus dinamakan sebagai Plague Sunday.

Hari tersebut merupakan upacara peringatan yang diadakan dekat Cucklett Delf, sebuah tempat layanan luar ruangan yang diselenggarakan oleh Pendeta Mompesson selama periode wabah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com