Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yuk, Virtual Traveling ke 4 Masjid dengan Akulturasi Budaya di Jawa

Kompas.com - 16/04/2020, 22:01 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Silvita Agmasari

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia memang dikenal sebagai negara yang memiliki ragam suku, budaya, agama, hingga bahasa. Beragam unsur bangsa tersebut lalu ada yang melebur menjadi satu, misalnya dalam hal arsitektur bangunan.

Beberapa masjid di Indonesia khususnya di Pulau Jawa, menunjukkan adanya perpaduan akulturasi budaya.

Untuk di Pulau Jawa, Kompas.com merangkum empat masjid hasil akulturasi budaya. Empat masjid tersebut adalah Masjid Agung Demak, Masjid Menara Kudus, Masjid Cheng Ho Surabaya, dan Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta.

Baca juga: Wisata Keliling Jakarta Tanpa Keluar Rumah, Yuk Ikutan Tur Virtual JGG

Penasaran bagaimana keunikan bangunan yang merupakan hasil akulturasi budaya tersebut?

Kamu tak perlu datang langsung ke sana untuk sementara ini karena adanya pandemi virus corona.

Cukup duduk di rumah, membuka laptop atau gawaimu, kamu bisa menjelajahi keempat masjid tersebut secara virtual.

Caranya dengan mengakses aplikasi Google Maps, lalu atur menjadi Street View dalam tampilan 360 derajat. 

Berikut tur virtual ke empat masjid akulturasi budaya di Jawa:

Cungkup Utama Masjid Agung Demak. Masjid Agung Demak dibangun oleh Raja Demak I Raden Patah atas saran Wali Songo yang dimulai pada 1477 M.Kemdikbud Cungkup Utama Masjid Agung Demak. Masjid Agung Demak dibangun oleh Raja Demak I Raden Patah atas saran Wali Songo yang dimulai pada 1477 M.

1. Masjid Agung Demak

Mengacu situs resmi Cagar Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, masjid ini terletak di Jalan Sultan Fatah, Kelurahan Bintoro/Kauman, Kecamatan Demak, Kota Demak, Jawa Tengah.

Masjid ini berkaitan erat dengan keberadaan Kerajaan Demak yang muncul pada akhir kejayaan Kerajaan Majapahit.

Keunikan dan bukti adanya perpaduan akulturasi budaya di masjid ini tampak dari atap berupa tajuk tumpang tiga berbentuk segi empat. Bentuk atapnya lebih mirip dengan bangunan suci umat Hindu.

Selain itu, Masjid Agung Demak juga dibangun dengan gaya khas Majapahit yang membawa corak kebudayaan Bali.

Baca juga: Bubur Jamu Coro, Kuliner Legendaris dan Menyehatkan dari Demak

Gaya ini berpadu harmonis dengan langgam rumah tradisional Jawa Tengah.

Kamu dapat melihat arsitektur bangunan masjid yang sarat akulturasi budaya dengan cara membuka Google Maps dan mengetik Masjid Agung Demak.

Jangan lupa untuk mengubah pada mode tampilan 360 derajat.

Tanpa perlu jauh-jauh dan keluar rumah, kamu sudah bisa melihat bangunan dalam masjid hingga luarnya.

Masjid Menara Kudus di Kelurahan Kauman, Kecamatan Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Rabu (30/5/2018) sore.KOMPAS.com/PUTHUT DWI PUTRANTO Masjid Menara Kudus di Kelurahan Kauman, Kecamatan Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Rabu (30/5/2018) sore.

2. Masjid Menara Kudus

Masjid kedua yang memiliki akulturasi budaya adalah Masjid Menara Kudus. Masjid yang terletak di Kudus, Jawa Tengah ini dibangun pada 1549 dan memiliki nama lain Masjid Al-Aqsha.

Masjid ini kerap menjadi tujuan wisata religi untuk berziarah karena terdapat Makam Sunan Kudus di dalamnya.

Letak akulturasi budaya pada masjid ini adalah menara dan gapura yang ada di sekitar masjid.

Kedua bangunan tersebut justru tidak tampak dan bergaya Timur Tengah melainkan kebudayaan pra-Islam seperti Jawa, Hindu, dan Buddha.

Baca juga: Lentog Tanjung, Makanan Khas Kudus yang Mirip Lontong Cap Go Meh

Selain itu, Masjid Menara Kudus juga dibangun dengan menggunakan bata merah tanpa perekat.

Menara ini pun terdiri dari tiga bagian yaitu kaki, badan, dan kepala. Hal ini menunjukkan corak Hindu-Majapahit yang ada di Jawa.

Kamu bisa melihat semua arsitektur bangunan hasil akulturasi budaya itu tanpa keluar rumah. Caranya dengan membuka Google Maps dan mengetik Masjid Menara Kudus.

Ubah tampilan google maps ke mode 360 derajat, maka kamu bisa melihat situasi dan bangunan sekitar masjid mulai dari menara, gapura, hingga jalanan.

Lampu lampion dipasang di Masjid Cheng Ho SurabayaKOMPAS.com/Achmad Faizal Lampu lampion dipasang di Masjid Cheng Ho Surabaya

3. Masjid Cheng Ho Surabaya

Masjid akulturasi budaya berikutnya yang bisa kamu kunjungi secara virtual adalah Masjid Cheng Ho Surabaya. Masjid ini terletak di Jalan Gading, Ketabang, Genteng, Surabaya.

Masjid ini berdiri untuk menghormati Laksamana Cheng Ho yang pernah datang menyebarkan agama Islam di kawasan Asia Tenggara.

Jika baru pertama kali melihat, kamu akan takjub dibuat dengan warna merah, hijau, dan kuning khas Tionghoa yang begitu terasa di masjid ini.

Baca juga: Bakso Aci Bentuk Virus Corona Ada di Surabaya, Bagaimana Cara Buatnya?

Selain itu, masjid juga memiliki bangunan utama seluas 11x9 meter yang mana angka-angka tersebut berfilosofi.

Angka 11 adalah luas Ka'bah saat awal dibangun, sementara angka 9 melambangkan jumlah wali yang menyebarkan ajaran Islam di Jawa, biasa juga disebut Wali Sanga.

Keunikan tersebut kerap dijadikan tujuan wisata di Surabaya dan menjadi obyek menarik untuk fotografi.

Masjid ini dibangun pada 2002 oleh Arsitek Ir Abdul Aziz dengan kapasitas menampung 200 jemaah.

Penasaran dengan arsitekturnya? Cukup buka Google Maps dan ketik Masjid Cheng Ho Surabaya.

Ubah ke mode tampilan 360 derajat dan kamu akan melihat bagian dalam maupun luar masjid secara menyeluruh, tanpa perlu keluar rumah.

Masjid Gedhe Kauman Yogyakartashutterstock Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta

4. Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta

Masjid ini terletak di kawasan Kraton, tepatnya di barat Alun-alun Utara Yogyakarta. Masjid berarsitektur khas Jawa ini sarat akan filosofi Jawa pada bentuk bangunannya.

Bentuk bangunan utamanya adalah tajug lambang teplok beratap tumpang tiga. Hal ini ingin menunjukkan nilai-nilai Islam dalam filosofi Jawa seperti Hakekat, Ma'rifat, dan Syariat.

Namun, dalam ajaran agama lain seperti Hindu dan Buddha, hal ini mencerminkan meru, bangunan suci tempat para dewa.

Baca juga: Itinerary Wisata Virtual Yogyakarta, Keliling Kota Gudeg dari Gawai atau Latop

Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta dibangun oleh Sultan Hamengku Buwono I pada 1773. Arsitekturnya yaitu Kiai Wiryokusumo.

Ingin berkunjung ke sana tanpa keluar rumah? Cukup buka Google Maps dan ketik Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta.

Tentunya kamu perlu mengubah ke mode tampilan 360 derajat untuk melihat secara menyeluruh arsitektur dalam dan luar masjid.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com