Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Daya Saing Pariwisata Indonesia Masih Rendah, Bisakah Pariwisata Melonjak?

Kompas.com - 19/04/2020, 15:42 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Ni Luh Made Pertiwi F.

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia (ICPI) Azril Azahari mengatakan bahwa daya saing pariwisata Indonesia masih rendah dan perlu banyak perbaikan.

Ia melihat bahwa pariwisata Indonesia sulit naik dalam waktu singkat walau pandemi virus corona usai. Terutama jika dikaitkan dalam menarik kunjungan wisatawan mancanegara.

"Menurut saya, pariwisata sulit untuk naik dalam waktu yang singkat, terlebih booming tahun depan. Untuk booming itu harus naik betul, maka harus ada yang diperbaiki. Sementara daya saing pariwisata kita rendah," kata Azril saat dihubungi Kompas.com, Jumat (17/4/2020).

Adapun daya saing pariwisata Indonesia yang rendah merujuk pada laporan The Travel & Tourism Competitiveness yang dirilis World Economic Forum (WEF) pada 2015, 2017, dan 2019.

Kendati demikian, melihat laporan 2019, Indonesia mengalami kenaikan dua peringkat dari posisi 42 di tahun 2017, menjadi 40.

Indonesia berada di peringkat 40 dari 140 negara di dunia indeks daya saing pariwisata. Sementara untuk kawasan Asia Tenggara, indeks daya saing pariwisata Indonesia berada di peringkat empat.

Adapun skor yang diraih Indonesia adalah 4,3 dari total penilaian pilar-pilar seperti Healthy and Hygiene (kesehatan dan kebersihan), Safety and Security (keselamatan dan keamanan), Environmental Sustainability (keberlanjutan lingkungan), dan Tourist Service Infrastructure (infrastruktur pelayanan wisatawan). 

Skala penilaian yaitu 1 untuk terburuk sedangkan angka 7 untuk terbaik. Pada tahun 2015, Indonesia berada di peringkat 50 dunia. Pada tahun 2017, peringkat Indonesia melonjak menjadi peringkat 42.

Baca juga: Bisakah Pariwisata Indonesia Booming Tahun Depan?

Candi Borobudur, wisata populer di Magelang, Jawa Tengah.DOK. PUSKOMPUBLIK KEMENPAREKRAF Candi Borobudur, wisata populer di Magelang, Jawa Tengah.

Azril mengatakan jika ingin pariwisata Indonesia benar-benar kembali normal, pemerintah perlu memerhatikan daya saing pariwisata itu sendiri.

"Kita sangat lemah di daya saing seperti Healthy and Hygiene, Safety and Security, Environmental Sustainability, dan Tourist Service Infrastructure," ujarnya.

Ia pun mencontohkan fasilitas toilet di beberapa tempat wisata yang masih kurang bersih.

Oleh karenanya, ia berpendapat pemerintah perlu mengkaji dan mengevaluasi hal kebersihan terlebih dulu misalnya dengan merombak toilet tempat wisata menjadi bersih dan nyaman bagi wisatawan.

"(Misalnya) waktu ada turis dari Malaysia ke Riau, setelah tiba naik pesawat, lalu mereka menyewa satu bus. Saat mau ke toilet mereka susah mencarinya, ketemu masjid juga air toiletnya berhenti. Akhirnya mereka memutuskan pulang kembali ke airport," katanya.

Kedua, perihal safety and security Azril mengatakan daya saing tentang keselamatan dan keamanan pariwisata Indonesia juga masih rendah.

Kemudian environmental sustainability Indonesia yang tidak mementingkan keberlangsungan atau kelestarian alam.

Baca juga: Jokowi Minta Industri Pariwisata Diberi Stimulus agar Tak PHK Karyawan

"Contoh saja Mandalika, itu kan mau dibuat MotoGP dan F1 juga katanya. Itu mau dibabat habis alamnya apa bagaimana? Ini bahaya, harus dievaluasi lagi," jelasnya.

Keempat yaitu Tourist Service Infrastructure. Ia mencontohkan bandara internasional di Indonesia tidak semuanya memiliki kantor layanan pariwisata untuk wisatawan.

Ia membandingkan kala pergi ke Singapura turun di Bandara Changi, semua brosur pariwisata didapat secara gratis.

Ilustrasi pariwisata IndonesiaDokumentasi Biro Komunikasi Kemenparekraf Ilustrasi pariwisata Indonesia

Azril menuturkan bahwa bisa saja pariwisata Indonesia mengalami lonjakan, tetapi jika fokus memperbaiki keempat hal tersebut.

"Tapi ini enggak bisa sebentar dilakukannya. Jadi membuat semua itu engga bisa singkat, perlu waktu lama, karena daya saing kita sudah rendah. Sekarang permasalahannya apa iya mau mengangkat begitu saja. Membenahi itu tidak bisa sebulan dua bulan," jelasnya.

Sebelumnya, Jokowi yakin industri pariwisata akan langsung tumbuh pesat karena banyak masyarakat yang hanya berdiam diri di rumah selama pandemi Covid-19.

"Semua orang pengen keluar semua, orang ingin menikmati kembali keindahan pariwisata sehingga optimisme itu yang harus terus diangkat," kata dia.

Baca juga: Jokowi Yakin Pariwisata Booming Tahun Depan, Kemenparekraf Siapkan Industri Pariwisata

Maka dari itu, Jokowi meminta jajarannya untuk tidak terjebak pada pesimisme karena masalah Covid-19.

Ia justru meminta Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama dan pejabat terkait lainnya untuk mempersiapkan diri.

"Jangan sampai booming yang akan muncul setelah Covid-19 ini selesai tak bisa kita manfaatkan secara baik," ujarnya.

Sementara untuk mengatasi industri pariwisata yang lesu saat ini, Jokowi meminta jajaran terkait untuk menyiapkan stimulus ekonomi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com