Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Haru Pemberian Makanan Gratis di Tengah Wabah Virus Corona

Kompas.com - 19/04/2020, 18:07 WIB
Nabilla Ramadhian,
Yuharrani Aisyah

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Sejak wabah virus corona (Covid-19) dinyatakan sebagai pandemi global, hampir seluruh industri terkena dampaknya.

Mulai dari industri pariwisata yang melamban, hingga industri kuliner yang sebagian pelakunya terpaksa menutup mata pencaharian untuk sementara waktu.

Baca juga: Daya Saing Pariwisata Indonesia Masih Rendah, Bisakah Pariwisata Melonjak?

Relawan Aksi Cepat Tanggap (ACT) meluncurkan Program Operasi Makan Gratis demi membantu pekerja informal dan korban PHK melalui pemberian makanan gratis lewat 1.000 warung nasi Jabodetabek.

Program yang telah diluncurkan sejak 24 Maret 2020 tersebut dilaksanakan dengan mengandalkan kemitraan dengan warung-warung makan setempat.

Direktur Program Aksi Cepat Tanggap (ACT) Bambang Triyono mengatakan bahwa program Operasi Makan Gratis yang bekerja sama dengan 1.000 warteg di Jabodetabek menguntungkan para pemiliknya.

“Mereka (para pemilik warung nasi) cerita kalau sebelum kerja sama, sudah ada yang pulang dan menutup warung karena pemasukan menurun,” kata Bambang saat dihubungi Kompas.com, Jumat (17/4/2020).

“Dengan kerja sama dengan kita, Alhamdulillah mereka lanjut buka. Sebelumnya ada yang sudah rencana mau pulang dan bukanya sudah tidak rutin,” lanjutnya.

Salah satu pemilik warung nasi yang berencana untuk pulang kampung adalah Muali. Bambang mengatakan bahwa Muali hampir kembali ke kampung halamannya di Tegal.

Menurut Bambang, Muali ingin pulang kampung untuk beristirahat karena berkurangnya pemasukan.

“Sehari-harinya harus mengandalkan tabungan sebelum ada bantuan dari kami,” tutur Bambang.

Salah satu warung nasi yang berpartisipasi dalam program Operasi Makan Gratis milik Aksi Cepat Tanggap (ACT).dok. Aksi Cepat Tanggap (ACT) Salah satu warung nasi yang berpartisipasi dalam program Operasi Makan Gratis milik Aksi Cepat Tanggap (ACT).

Senada dengan hal tersebut, Direktur Komunikasi ACT Lukman Azis Kurniawan menuturkan bahwa para pemilik warung nasi banyak yang mengapresiasi program tersebut.

“Sebelum diberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan sebelum adanya virus corona, mereka biasanya dapat menjual 200 – 300 per hari. Sekarang mereka turun menjadi 50 porsi, bahkan kurang dari 50 porsi,” kata Lukman.

Lukman menuturkan terdapat satu hal yang menonjol dari program Operasi Makan Gratis dari sisi pemilik warung nasi.

Dia menyebutkan terdapat satu warung nasi yang ikut serta dalam program tersebut, dan ramai akan pengunjung yang memanfaatkan pembagian makan gratis.

Sementara itu, tepat di sebelah warung nasi tersebut terdapat warung nasi yang tutup.

“Per hari dalam program tersebut kami membagikan 100 porsi gratis. Warung nasi ini memberikan jatah 50 porsi ke warung nasi di sebelahnya untuk membantu. Akhirnya mereka sama-sama mendapat bantuan,” kata Lukman.

Tidak hanya para pemilik warung nasi, para pekerja informal juga merasa terbantu karena memiliki akses makanan gratis.

Ilustrasi penjual jamu tradisional di pasar kawasan Prawirotaman, Yogyakarta. SHUTTERSTOCK/JOHAN KUSUMA Ilustrasi penjual jamu tradisional di pasar kawasan Prawirotaman, Yogyakarta.

Bahkan, ada yang kini hampir setiap hari datang ke salah satu warung nasi dan bertanya apakah mereka masih bisa dapat kupon atau tidak.

Bambang mengatakan bahwa sebagian besar pengunjung warung nasi tersebut memilih untuk membawa pulang makanan gratisnya.

“Mereka jadi merasa sedih dan terharu. Ada supir angkot yang sangat merasakan dampaknya karena penghasilan tidak sebanyak dulu,” tutur Bambang.

Penghasilan yang menurun membuat supir angkot tersebut merasa kesulitan untuk menafkahi keluarganya.

Tidak hanya itu, penghasilannya juga harus dipotong uang setoran sehingga untuk mendapatkan makanan layak dirasa susah.

Bambang mengatakan bahwa yang harus diperhatikan tidak hanya dari sisi kesehatan, namun juga dampak sosial dan ekonomi.

Sebab, untuk pengusaha warung nasi sendiri, dia melihat sudah banyak yang tutup.

“Efeknya banyak orang kena PHK. Tadinya mereka kerja dengan seperti biasa, sekarang tidak. Kalau pun pandemi berlalu, tapi orang perlu waktu untuk bangkit lagi,” kata Bambang.

Sementara itu, Lukman mengatakan bahwa langkah pemerintah memberlakukan PSBB sudah tepat sebagai langkah pencegahan menyebarnya virus corona.

Namun, dia tidak menampik adanya masalah yang ditimbulkan, yaitu sebagian besar pekerja harian lepas terkena dampaknya yakni berkurangnya pendapatan.

“Mereka yang dapat uang di hari itu untuk membeli makan di hari itu (terdampak). Kita semua harus turut serta memikirkan nasib mereka. Upaya berbagi, membantu agar paling tidak kebutuhan pangan mereka terbantu,” ujar Lukman.

Berdasarkan data yang Kompas.com terima, saat ini terdapat 859 warung nasi yang sudah aktif memberikan bantuan makanan gratis di wilayah Jabodetabek.

Untuk Jakarta Pusat, terdapat 45 warung nasi. Sementara Jakarta Selatan memiliki 119 warung nasi yang ikut dalam program tersebut.

Kemudian di wilayah Jakarta Utara terdapat 36 warung nasi, Jakarta Barat ada 97, dan Jakarta Timur ada 90 warung nasi.

Sementara di Bogor terdapat 69 warung nasi, Depok ada 70, Tangerang ada 161, dan Bekasi ada 73 warung nasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com