KOMPAS.com – Pala jadi salah satu rempah yang berasal dari Indonesia, khususnya Kepulauan Banda di bagian timur Indonesia.
Dilansir dari The Guardian, sejarah pala bisa dirunut cukup panjang. Pala sudah dikenal bangsa Arab dan diperdagangkan sejak tahun 1.000 Masehi.
Dokter terkenal asal Persia saat itu, Ibnu Sina, juga mengenal pala dan menyebutnya "jansi ban" atau kacang banda.
Pala yang diperdagangkan kemudian masuk ke Venesia di Italia dan berbagai belahan dunia lainnya.
Baca juga: Sejarah Pala, Rempah dengan Kisah Penuh Darah
Satu yang pasti, pala saat itu mempunyai harga yang mahal. Bahkan, harga pala saat itu lebih mahal dari emas.
Sejarah pala juga begitu kelam, lantaran diperebutkan oleh Spanyol, Portugis, Belanda, dan Inggris. Negara-negara ini rela menjelajah dunia untuk mencari sumber pala terbaik, tak lain di Kepulauan Banda.
Salah satu faktor menarik bagi bangsa Eropa pada saat itu adalah kelangkaan.
Sebagai perbandingan masa kini, kelangkaan yang sama bisa kamu temukan pada satu kilogram kaviar beluga yang dihargai sekitar 10.000 poundsterling atau sekitar Rp 193 juta.
Selain itu, pala juga selalu dianggap lebih dari sekadar rempah perasa.
Pada awal sejarahnya, bangsa Arab juga memperjualbelikan pala sebagai pewangi, zat perangsang, dan obat.
Baca juga: Apa itu Pala? Asal, Penggunaan, Hingga Cara Menyimpannya
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.