Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pala, Rempah yang Dipercaya Bisa Menangkal Pandemi Black Death pada Abad Ke-14

Kompas.com - 20/04/2020, 08:07 WIB
Syifa Nuri Khairunnisa,
Silvita Agmasari

Tim Redaksi

Tanaman akan membentuk komponen isoeugenol sebagai insektisida alami untuk mengusir kutu.

Meski demikian, apakah pala memang benar bisa efektif mengusir wabah hingga kini tidak terbukti. Namun, yang pasti, aroma dari pala tersebut jadi salah satu alasan kenapa pala begitu diburu.

Menyebabkan halusinasi

Dilansir dari The Guardian, tempat penjualan obat di masa lalu lebih berhati-hati dalam menangani dan menjual pala daripada rempah lainnya.

The Salerno School, salah satu sekolah medis Eropa terbaik di awal abad pertengahan, memberikan peringatan soal pala.

“Satu biji baik untukmu, sementara yang kedua akan membuat bahaya untukmu, ketiga akan membunuhmu.”

Ini mungkin tidak sepenuhnya benar, tetapi memang pala bisa menjadi racun dalam dosis yang besar.

Minyak dalam pala mengandung myristicin. Dalam dosis besar, myristicin akan menyebabkan halusinasi, igauan, debaran jantung tak beraturan, rasa mual, dehidrasi, dan rasa sakit.

Pala dalam jumlah tertentu bahkan bisa berakibat fatal untuk binatang, termasuk anjing.

Baca juga: Viral Video #NutmegChallenge, Apakah Pala adalah Rempah Beracun?

Dalam novel karya William Burroughs berjudul Naked Lunch, ia sempat menulis bahwa ada orang-orang Amerika Selatan yang mengisap bubuk pala.

Mereka mengalami kejang, berkedut, dan bergumam saat mengigau.

Malcolm X juga mendeskripsikan para tahanan Amerika Serikat yang mengonsumsi pala dalam otobiografi miliknya. Tak lama, pihak berwajib menemukan praktik tersebut dan melarangnya.

Reputasi pala yang bisa menghasilkan halusinasi terus ada hingga kini.

Salah satunya dalam tren terbaru yang muncul di media sosial TikTok tentang seorang remaja yang memulai tren baru mengonsumsi bubuk pala untuk kemudian merasakan efek seakan sedang mabuk.

Tren ini terbilang berbahaya, mengingat risiko yang disebutkan sebelumnya. Pala dalam jumlah tersebut dapat mengakibatkan kematian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com