"Ini yang sangat kami sayangkan, lah, kami ini tenaga profesional sudah terlalu banyak ikut pelatihan. Sekarang ini yang kami butuhkan stimulus fresh money untuk biaya hidup dasar, kok dikasih pelatihan," terangnya.
Menurut Imam, anggota HPI tidak akan bisa mengikuti pelatihan dengan perut kosong dan pikiran penuh pikiran untuk menghidupi keluarga.
Hal buruk lainnya, perihal mendapat telepon dari leasing yang enggan mengerti ekonomi yang dihadapi anggota HPI.
"Kita tidak tahu waktu pasang listrik itu subsidi atau bukan, kan tidak ada info dari PLN sebelumnya. Sekarang baru tahu kalau kita tidak dapat keringanan karena bukan listrik bersubsidi," jelasnya.
Bantuan pemerintah yang dianggap lamban membuat pengurus HPI Yogyakarta berinisiatif untuk memberikan bantuan sendiri kepada anggota aktif HPI.
Imam mengatakan, minggu lalu dirinya beserta pengurus telah menggelontorkan bantuan sembako berupa beras, minyak goreng, telur, dan gula kepada 405 anggota HPI aktif.
Baca juga: Cara Hotel di Yogyakarta Tunjukkan Tanda Cinta saat Wabah Virus Corona
Adapun dana bantuan didapat dari dana kas Dewan Pengurus Daerah (DPD) HPI DIY.
"Dana yang kami kumpulkan dari iuran anggota bertahun-tahun itulah yang kami gunakan," katanya.
Kini ia berharap pemerintah segera tergugah dengan memikirkan nasib para pemandu wisata, yang dikatakan pemerintah sebagai ujung tombak pariwisata Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.