Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO Kritik Wacana Paspor Imunitas di Beberapa Negara

Kompas.com - 29/04/2020, 08:30 WIB
Nabilla Ramadhian,
Kahfi Dirga Cahya

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Pemerintah Cile pada Senin (20/4/2020) mengatakan akan tetap melaksanakan rencana pengeluaran kartus imunitas, juga disebut paspor imunitas, pertama di dunia.

Menurut The Washington Post, Selasa (21/4/2020), paspor tersebut akan memungkinkan mereka yang telah sembuh dari virus corona (Covid-19) untuk kembali bekerja.

Kendati demikian, wacana tersebut membuat khawatir para dokter yang telah memperingatkan terdapat banyak hal terkait kekebalan virus corona yang masih belum diketahui.

Baca juga: Wacana Paspor Imunitas Cile yang Dinilai Kontroversial, Apa Itu?

Wakil Menteri Kementerian Kesehatan Cile, Paula Daza, menuturkan, lebih dari 4.600 orang telah sembuh dari virus tersebut.

Kini, mereka akan memenuhi syarat untuk mendapatkan paspor fisik atau digital. Para pemegang akan dibebaskan dari karantina dan pembatasan lainnya.

Sementara itu, pemohon lain akan dites terkait  antibodi untuk menentukan kelayakan. Namun, rinciannya masih belum terlalu jelas.

Kendati demikian, para pejabat menjanjikan rencana pengujian massal. Mereka juga akan memberikan paspor kepada mereka yang memiliki kemungkinan sangat tinggi untuk tidak menularkan virus corona.

“Merekalah yang dapat membantu masyarakat karena mereka tidak memiliki risiko,” kata Menteri Kesehatan Jaime Manalich saat mengumumkan paspor imunitas tersebut pekan lalu, mengutip The Washington Post.

Baca juga: Seberapa Kuat Paspor Indonesia pada 2020? Ini Peringkatnya

Kendati demikian, wacana tersebut menuai kritik dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) melalui sebuah pernyataan di laman resminya, Jumat (24/4/2020).

"Beberapa pemerintahan telah menyarankan bahwa deteksi antibodi terhadap SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan COVID-19, dapat dijadikan sebagai dasar untuk “paspor imunitas” atau “sertifikat bebas risiko” yang memungkinkan orang-orang bepergian atau kembali bekerja dengan asumsi bahwa mereka terlindungi dari terkena infeksi kembali,” seperti tertera dalam laman WHO.

Pernyataan tersebut melanjutkan, saat ini tidak ada bukti mereka yang sudah sembuh dari virus corona dan memiliki antibodi terlindungi dari infeksi kedua.

Baca juga: Paspor Jepang Terkuat di Dunia Terpaksa Nganggur karena Corona

WHO menuturkan, saat ini tidak ada bukti yang cukup terkait efektivitas imunitas yang dimediasi oleh antibodi untuk menjamin keakuratan “paspor imunitas” atau “sertifikat bebas risiko”.

Keduanya memungkinkan mereka untuk bepergian atau kembali bekerja berdasarkan asumsi mereka aman dari terkena infeksi kembali.

Orang-orang yang memiliki hal tersebut memiliki kemungkinan untuk abai terhadap panduan kesehatan masyarat dan meningkatkan risiko penyebaran lebih lanjut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com