Kemudian, Suyuthi melihat hadist Rasulullah SAW sebagai pegangan untuk menentukan waktu shalat di Norwegia, termasuk penentuan waktu berpuasa.
"Karena enggak bisa itulah, kami sebut periode ini sebagai periode ekstrim. Dan periode ekstrim Rasulullah SAW telah memberi dalil bahwa umat bisa menggunakan metode estimasi. Hal ini juga karena periode ekstrim tidak terjadi sepanjang tahun, hanya di bulan-bulan tertentu misal Apri, Mei yang mendekati musim panas," terangnya.
Selain itu, waktu shalat yang menentukan durasi puasa di Norwegia juga dapat dilihat dari fatwa ulama tentang metode yang bisa digunakan.
Lanjut Suyuthi, metode pertama yaitu mengadopsi waktu shalat daerah muslim terdekat. Kemudian ada juga yang menggunakan waktu terakhir kala normal, dan ada juga yang menggunakan waktu di Mekkah.
Populasi umat Islam di Norwegia yang begitu banyak lantas membuat beragam perbedaan terkait waktu shalat.
Namun, kata Suyuthi, untuk umat Islam WNI sendiri mendapat satu kesepakatan di mana mereka mengikuti waktu shalat pada periode ekstrem yang disebut dengan waktu standar Mekkah.
"Maksudnya bukan jadwal shalat Mekkah. Misal sekarang kan orang bisa cari di internet jadwal shalat di Mekkah, pasti langsung dapat waktunya kapan. Kita harus konversi time zone kan beda. Lalu dikonversikan biar pas di tiap kota," katanya.
Oleh karena itu, maka muncullah kesepakatan waktu durasi puasa umat Islam WNI di Norwegia adalah 14,2 - 14,7 jam.
Selain itu, pada Mei 2020, waktu puasa juga akan lebih panjang karena semakin dekat dengan musim panas.
Baca juga: Midnight Sun, Hadiah dari Alam di Musim Panas Negara Skandinavia
"Bulan Mei nanti, kami puasanya berarti maksimal 14,7 jam," tambahnya.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.