Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengalaman WNI di Jepang Puasa saat Pandemi Corona

Kompas.com - 30/04/2020, 09:45 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Kahfi Dirga Cahya

Tim Redaksi

"Kamu bisa milih mau makanan apa, dan harganya paling murah itu 300 yen, kayak kamu makan nasi kucing ibaratnya, murah banget untuk di sini harga segitu," lanjutnya.

Baca juga: Puasa di Islandia saat Corona: Tidak Ada Ibadah di Masjid dan Buka Bersama Makanan khas Nusantara

Lain cerita dengan WNI lainnya yang tinggal di Jepang, yaitu Ariefsetyo Nugroho. Pria asal Bogor ini mengaku tidak bisa work from home dan menjalankan ibadah puasa di kantor, terlebih di tengah pandemi.

Pekerjaannya yang menuntut harus pergi ke lapangan membuat dirinya tetap bekerja selama delapan jam di kantor mulai pukul 08.00 hingga pukul 17.00 waktu Jepang.

"Kalau saya kan kerja di perusahaan produksi jadi tetap harus masuk, jam kerja tetap delapan jam. Terus sampai rumah jam 5 sore," kata Arief saat dihubungi Kompas.com, Selasa (28/4/2020).

WNI menjalankan Ramadhan di Jepang. DOK. PRIBADI ARIFSETYO NUGROHO WNI menjalankan Ramadhan di Jepang.

"Pas sahur itu di sini jam 02.30, saya saja baru bisa tidur jam 00.00 namanya anak muda, sulit banget buat tidur cepat, ada aja yang dikerjain," lanjutnya.

Baca juga: Norwegia Dikenal Punya Durasi Puasa Terlama, Ternyata Ada yang Puasa 13-14 Jam Saja, Kenapa?

Saat sahur tersebut, ia tentu memasak makanan sendiri yang terbuat dari bahan-bahan makanan yang telah dibeli sebelumnya.

Tak ada jadwal khusus bagi Arief untuk menu makan sahur setiap harinya. Ia mengaku acak saja dalam memasak makanan, tergantung selera dan keinginan yang terlintas saat itu juga.

"Sahur sih ya kadang numis-numis sayur aja, engga tahu itu sayur apa namanya, yang penting hijau dan menyegarkan. Itu kalau lagi rajin pengen masak. Nah, kalau malas ya paling masak mi Thailand apa mi Jepang gitu," terangnya.

Baca juga: Kisah WNI Puasa di Norwegia saat Corona: Tidak Ada Buka Bersama Komunitas WNI

Shibuya, JepangPixabay Shibuya, Jepang
Tak hanya di bulan puasa saja, Arief mengatakan jika dirinya sudah terbiasa memasak di apartemen bersama teman-temannya terlebih untuk makanan berat.

Kebetulan, kata dia, ia tinggal bersama dengan WNI lainnya yang juga merupakan pilihan dari berbagai kampus di indonesia untuk bekerja di Jepang.

"Jadi kan saya kerja di Jepang ini program dari kampus, setelah lulus tahun kemarin. Ada tiga kampus yang juga punya program yang sama. Kebetulan di apartemen saya ini semuanya orang Indonesia, tapi di apartemen lain ada yang campur dari negara mana-mana," jelasnya.

Baca juga: 15 Negara dengan Durasi Puasa Terlama di Dunia

Adapun semua kegiatan atau aktivitas di luar jam kerja biasa dilakukan bersama-sama oleh Arief dan teman satu apartemennya, termasuk memasak.

Biaya makan Arief sendiri selama satu minggu terhitung murah, yaitu 2.000-3.000 yen atau sekitar Rp 250.000 hingga Rp 400.000.

"Ya semua tergantung orangnya bisa mengatur keuangan buat makan apa enggak. Itu kan cuma buat makan berat saja satu minggu, belum termasuk jajan, dan lainnya," katanya.

Baca juga: Durasi Puasa Jepang 15 Jam, WNI di Jepang Lakukan Pemanasan Sebelum Ramadhan

Jumlah budget tersebut biasa digunakan Arief untuk membeli bahan-bahan seperti sayur yaitu wortel, kentang. Selain itu, untuk membeli bumbu-bumbu seperti bawang, garam, dan lainnya.

Namun, budget tersebut ternyata masih di luar pembelian beras. Kata dia, beras di Jepang lumayan tinggi harganya.

"Jadi saya stok itu satu bulan 30 kilogram untuk tiga orang. Itu sekitar 7.000-an yen. Itu udah beras paling murah lho ya, yang lain mahal," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com