JAKARTA, KOMPAS.com - Jepang memiliki waktu berpuasa kurang lebih 15 jam.
Hal ini bisa menjadi tantangan sendiri bagi orang yang terbiasa dengan durasi puasa lebih pendek di negara asalnya, salah satunya Indonesia, dengan durasi puasa 13 jam.
Lantas bagaimana pengalaman berpuasa Warga Negara Indonesia (WNI) di Jepang? Plus, saat ini tengah pandemi corona, yang mengharuskan orang berdiam diri di rumah untuk mencegah penyebaran.
Baca juga: Cerita WNI di Islandia, Pernah Puasa Selama 22 Jam
Salah seorang WNI bernama Eka Satria Putra yang sudah tinggal di Jepang hampir 2 tahun menceritakan kisahnya menjalani Ramadhan di tengah pandemi.
Eka mengaku, di masa pandemi corona, ia bekerja dari rumah, sehingga lebih banyak menghabiskan waktu dari rumah.
Oleh karena itu, ia lebih sering makan masakan sendiri.
"Kalau dari makanan, saya biasa buka pakai Miso Sup, terus akhir-akhir ini saya juga bikin Okonomiyaki sendiri Itu ternyata mudah banget buatnya, bentuknya kayak pancake tapi asin," kata Eka saat dihubungi Kompas.com, Selasa (28/4/2020).
"Nah saya beli bahannya dulu di luar, terus buat sendiri di rumah. Karena kalau beli di luar itu mahal," lanjutnya.
Baca juga: Kangen Takjil Tanah Air, WNI di Islandia Jualan Takjil untuk Buka Puasa
Ternyata, bahan-bahan membuatnya cukup mudah ditemukan di Jepang. Ia hanya membutuhkan sayuran, udang, tepung, lalu dicampurkan dengan susu dan telur.
"Susu sama telurnya dipanggang gitu aja bareng sama bahan lainnya. Karena beli di luar mahal, jadi saya beli mentahnya doang. Nah, di tahap akhir tinggal kita kasih saus mayonaise dan slice nori di atasnya," ujarnya.
Baca juga: Puasa Sampai 22 Jam, Tips Kuat Berpuasa dari WNI di Norwegia dan Islandia
Untuk membeli bahan makanan dari kedua makanan itu, Eka mengaku hanya membutuhkan uang 1.000-3.000 yen atau sekitar Rp 100.000 hingga Rp 400.000 guna pasokan makanan selama satu minggu.
Pria asal Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat ini mengatakan, biaya tersebut sudah bisa dikatakan paling murah untuk orang perantauan yang hidup di Jepang.
Ia menambahkan, bagi perantauan di Jepang, sama sekali tidak sulit untuk mencari makanan terlebih untuk buka puasa. Siapa saja bisa mencari makanan besar di setiap supermarket.
"Bukan makanan instan, jadi ya betul-betul makanan yang dimasak lalu dikemas dalam plastik mika," kata Eka.