Forbidden City Beijing yang dibuka kembali tetap membatasi jumlah kunjungan orang hingga 5.000 per harinya. Sebelumnya, batasan pengunjung ke Kota Terlarang 80.000 orang per hari.
Tempat bisnis juga telah dibuka, misalnya mal dan restoran. Kendati bisnis kembali dibuka, pandemi ini telah mengubah kehidupan sehari-hari.
Hal ini tampak dari para pembeli yang terlihat harus melewati kamera termal yang dipasang di pintu masuk mal. Mereka dicek suhu tubuhnya satu persatu.
Situasi berbeda setelah pandemi corona di China juga dirasakan seorang videografer lepas di Beijing, David Lin.
Ia selalu berhadapan dengan penjaga keamanan yang mengukur suhu tubuhnya setiap kali kembali ke apartemennya usai bepergian.
Sementara itu, restoran hanya akan melayani pelanggan kelompok hingga empat orang.
Meja diletakkan terpisah sejauh tiga kaki (satu meter) atas rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) agar orang menjaga jarak setidaknya satu meter untuk pencegahan penyebaran virus.
Baca juga: Potret Berbeda Restoran di China, Hong Kong, dan Taiwan Setelah Kembali Buka
Namun lebih dari itu, adanya batasan ini juga berpengaruh bagi sejumlah pemilik bisnis restoran. Salah satunya adalah Gao Fan, yang menjalani bisnis restoran barbeku di Beijing dan telah buka kembali pertengahan Maret 2020.
"Barbeku adalah kegiatan yang sangat sosial. Orang-orang biasanya datang ke sini setelah bekerja untuk beberapa tusuk sate dan beberapa minuman. Namun sekarang, karena kita harus membatasi jumlah orang yang makan, ini jadi tidak ideal untuk kita," katanya seperti dikutip dari Goldthread.
Bahkan ia mengalami kerugian 30.000 dollar AS selama pandemi berlangsung. Kata dia, restorannya ditutup selama lebih dari satu setengah bulan usai Beijing lockdown pada awal Februari lalu.