Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seru! Pengalaman Jalan-jalan Virtual ke 8 Tempat Wisata Sekitar Gunung Tambora

Kompas.com - 11/05/2020, 16:06 WIB
Nabilla Ramadhian,
Yuharrani Aisyah

Tim Redaksi

 

3. Sarae Nduha

Sarae Nduha merupakan salah satu cinder cone yang disebut oleh Heriyadi. Lokasinya berada di Desa Doropeti, Kecamatan Pekat. Bukit tersebut merupakan hasil dari letusan Gunung Tambora pada 1815.

Hasil letusan tersebut berupa pasir dan bebatuan yang menutupi dan mengendap di wilayah yang saat ini disebut sebagai Sarae Nduha.

Pemandangan di Sarae Nduha sangat elok. Beberapa tempat duduk yang tersedia kerap dijadikan tempat bersantai bagi wisatawan memandang indahnya lautan di sana.

“Ini merupakan destinasi yang sangat menarik. Kita akan menemukan pohon-pohon yang batangnya tertimbun hasil letusan” kata Heryadi.

4. Pelabuhan Doropeti

Tidak jauh dari Sarae Nduha adalah Pelabuhan Doropeti yang datarannya memiliki bentuk seperti bulan sabit. Heryadi menuturkan bahwa dulunya dataran pelabuhan tersebut merupakan sebuah bukit.

“(Bentuknya jadi seperti bulan sabit) karena adanya abrasi. Sekarang jadi pelabuhan rakyat,” kata Heriyadi.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

???? #doropeti #tambora

A post shared by musa 27 (@musa278271) on Mar 15, 2020 at 6:26am PDT

Sama seperti Sarae Nduha, pelabuhan ini menawarkan pemandangan lautan indah yang membentang luas. Namun ada perbukitan juga yang terlihat di seberangnya.

Kendati pelabuhan kerap dikunjungi wisatawan, tetapi area tersebut bukanlah tempat wisata.

5. Desa Pancasila

Desa Pancasila merupakan base camp yang terletak di salah satu jalur pendakian Gunung Tambora yaitu Pancasila.

“Ini desa wisata. Banyak homestay. Tempat paling tua dan paling lengkap untuk pendakian Gunung Tambora,” kata Heriyadi.

Jika kamu ingin pendakian ke Gunung Tambora terasa lebih ringan, kamu bisa menyewa alas tidur di sana. Desa tersebut juga menyediakan pemandu dan tukang masak.

“Tukang masak di sana sudah diberi pelatihan oleh pemerintah setempat. Jadi mereka bisa memasak masakan Indonesia, Eropa, dan Chinese,” kata Heriyadi.

Desa ini disebut sebagai desa wisata karena areanya yang masih alami. Tidak hanya itu, di sana juga terdapat sisa-sisa perkampungan yang dulunya hancur akibat letusan Gunung Tambora.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com