Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seru! Pengalaman Jalan-jalan Virtual ke 8 Tempat Wisata Sekitar Gunung Tambora

Kompas.com - 11/05/2020, 16:06 WIB
Nabilla Ramadhian,
Yuharrani Aisyah

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.comTur virtual kian marak diselenggarakan oleh beberapa penggiat industri pariwisata di tengah pandemi corona (Covid-19).

Ditambah lagi dengan adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) membuat orang-orang susah untuk bergerak ke sana kemari.

Baca juga: Virtual Tour, Peluang Baru Pariwisata di Era New Normal

Kompas.com berkesempatan untuk mengikuti tur virtual yang diselenggarakan oleh Pirtual Project, sebuah proyek jalan-jalan secara virtual gagasan lima mahasiswa Magister Pariwisata Berkelanjutan Universitas Padjadjaran, Minggu (10/5/2020) pukul 10.30 – 12.00 WIB.

Melalui tur virtual ke Gunung Tambora dan sekitarnya, pertama kami seolah sedang berada di dalam pesawat menuju Bandara Sultan Muhammad Salahuddin di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat.

Panorama Gunung Tambora di Pulau Sumbawa. SHUTTERSTOCK/RYNOISE Panorama Gunung Tambora di Pulau Sumbawa.

“Selamat datang para peserta virtual tour. Perlu diketahui bahwa banyak infrastruktur yang tidak tersaji secara optimal di wilayah Gunung Tambora, belum ada fitur 360 derajat,” kata Co-Founder dan Inisiator #PirtualTour milik Pirtual Project, Irwan Tamrin, yang juga menjadi salah satu operator dalam tur virtual tersebut.

Sebanyak lebih kurang 61 peserta dipandu langsung ahli geologi Dr. Heryadi Rachmat yang segera kami temui setelah kami “keluar” dari bandara.

Umumnya, pesawat dari Jakarta menuju Gunung Tambora transit dulu di Bali atau Surabaya.

Kuliner Kabupaten Bima

Untuk menuju ke Gunung Tambora, kami diajak melewati rute Kabupaten Dompu. Sepanjang perjalanan yang seolah kami berada di dalam bus pariwisata, Heryadi menjelaskan seputar kuliner khas Bima.

Di antaranya adalah uta sepi tumis yang menggunakan udang kecil atau udang rebon, pangaha sinci yang memiliki bentuk seperti donat, dan uta londe puru yaitu ikan bandeng bakar.

“Makanan-makanan ini bisa ditemukan di rumah makan sekitar bandara (di Jalan Lintas Sumbawa – Bima),” kata Heryadi.

Selanjutnya, kami langsung dibawa ke Kabupaten Dompu. Waktu tempuh ke sana dari bandara jika menggunakan mobil lebih kurang satu jam.

1. Mata Air Oi Hodo

Selama perjalanan di Jalan Lingkar Utara, operatur tur virtual Reza Permadi menampilkan video Gunung Tambora milik Bentara Budaya.

Usai menonton video, kami akhirnya tiba di Mata Air Oi Hodo (Mada Oi Hodo) yang terletak di sebelah kiri Jalan Lintas Calabai.

Tepatnya di tengah-tengah Manggalewa – Dompu. Mata air ini biasa dijadikan tempat untuk beristirahat sejenak oleh para pendaki.

“Ini mata air yang cukup besar. Debit air tidak turun walaupun pada musim kemarau. Ini menjadi salah satu destinasi yang cukup diminati wisatawan karena sepanjang jalan kita sulit menemukan air tawar,” kata Heryadi.

Selain tempat wisata, mata air tersebut merupakan sumber air minum masyarakat setempat. Di sini juga sudah memiliki beberapa infrastruktur untuk kenyamanan wisatawan.

Sebab, Mata Air Oi Hodo sudah dijadikan sebagai salah satu Situs Geologi Geopark Gunung Tambora. Kendati demikian, kunjungan ke sana tidak dikenakan biaya.

2. Doro Ncanga

Post 3 di Gunung Tambora melalui jalur Doro Ncangan. SHUTTERSTOCK/HARRY HERMANAN Post 3 di Gunung Tambora melalui jalur Doro Ncangan.

Doro Ncanga yang terletak di Kabupaten Dompu terkenal akan padang sabananya. Jika di sebelah kiri adalah hamparan pantai yang luas, maka di sebelah kanan adalah padang sabana dengan Gunung Tambora sebagai latar belakangnya.

“Di sebelah kanan, Gunung Tambora seringkali tertutup awan bagian atasnya. Tapi di sepanjang jalan juga ada banyak cinder cone (bukit berbentuk kerucut),” kata Heriyadi.

 

3. Sarae Nduha

Sarae Nduha merupakan salah satu cinder cone yang disebut oleh Heriyadi. Lokasinya berada di Desa Doropeti, Kecamatan Pekat. Bukit tersebut merupakan hasil dari letusan Gunung Tambora pada 1815.

Hasil letusan tersebut berupa pasir dan bebatuan yang menutupi dan mengendap di wilayah yang saat ini disebut sebagai Sarae Nduha.

Pemandangan di Sarae Nduha sangat elok. Beberapa tempat duduk yang tersedia kerap dijadikan tempat bersantai bagi wisatawan memandang indahnya lautan di sana.

“Ini merupakan destinasi yang sangat menarik. Kita akan menemukan pohon-pohon yang batangnya tertimbun hasil letusan” kata Heryadi.

4. Pelabuhan Doropeti

Tidak jauh dari Sarae Nduha adalah Pelabuhan Doropeti yang datarannya memiliki bentuk seperti bulan sabit. Heryadi menuturkan bahwa dulunya dataran pelabuhan tersebut merupakan sebuah bukit.

“(Bentuknya jadi seperti bulan sabit) karena adanya abrasi. Sekarang jadi pelabuhan rakyat,” kata Heriyadi.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

???? #doropeti #tambora

A post shared by musa 27 (@musa278271) on Mar 15, 2020 at 6:26am PDT

Sama seperti Sarae Nduha, pelabuhan ini menawarkan pemandangan lautan indah yang membentang luas. Namun ada perbukitan juga yang terlihat di seberangnya.

Kendati pelabuhan kerap dikunjungi wisatawan, tetapi area tersebut bukanlah tempat wisata.

5. Desa Pancasila

Desa Pancasila merupakan base camp yang terletak di salah satu jalur pendakian Gunung Tambora yaitu Pancasila.

“Ini desa wisata. Banyak homestay. Tempat paling tua dan paling lengkap untuk pendakian Gunung Tambora,” kata Heriyadi.

Jika kamu ingin pendakian ke Gunung Tambora terasa lebih ringan, kamu bisa menyewa alas tidur di sana. Desa tersebut juga menyediakan pemandu dan tukang masak.

“Tukang masak di sana sudah diberi pelatihan oleh pemerintah setempat. Jadi mereka bisa memasak masakan Indonesia, Eropa, dan Chinese,” kata Heriyadi.

Desa ini disebut sebagai desa wisata karena areanya yang masih alami. Tidak hanya itu, di sana juga terdapat sisa-sisa perkampungan yang dulunya hancur akibat letusan Gunung Tambora.

 

6. Gunung Tambora

Pemandangan padang rumput sebelum puncak Gunung Tambora, Pulau Sumbawa. SHUTTERSTOCK/HARRY HERMANAN Pemandangan padang rumput sebelum puncak Gunung Tambora, Pulau Sumbawa.

Seusai berkunjung ke Desa Pancasila, kami langsung di bawa mendaki Gunung Tambora. Namun kami tidak bisa melihat pemandangan dari puncak gunung tersebut.

Sebab, fasilitas Google Streetview dan foto 360 derajat tidak tersedia. Kami pun diceritakan seputar gunung tersebut di Tambora Trekking Centre, Desa Pancasila.

“Gunung Tambora terletak di Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima. Kawasan Tambora pada 1935 dulunya diupayakan menjadi kebun kopi oleh orang Swiss,” kata Heriyadi.

Heriyadi menceritakan bahwa pada saat itu, orang Swiss tersebut memotong pohon liar di sana untuk dijadikan lahan kopi. Hingga saat ini, lahan kopi tersebut masih bisa dilihat.

Selanjutnya, dia kembali menceritakan seputar bagaimana letusan Gunung Tambora pada 1815 menyebabkan fenomena “Tahun Tanpa Musim Panas”.

“Suhu udara menjadi sangat dingin dan turun salju. Membuat Napoleon Bonaparte kalah dalam peperangan. Salah perhitungan,” kata Heriyadi.

“(Selain Napoleon) Thomas Stamford Raffles bahkan menyuruh anak buahnya untuk memantau suara dentuman yang dikira serangan musuh. Ternyata letusan Tambora,” lanjutnya.

Letusan Gunung Tambora juga mengakibatkan tiga kerajaan musnah. Kerajaan tersebut adalah Tambora, Sanggar, dan Pekat.

Musnahnya tiga kerajaan tersebut mengakibatkan musnahnya Bahasa Tembora yang memiliki perbandingan kosakata yang berbeda dari Bahasa Makassar, Buton, Sasak, Sumbawa, dan Ende.

Gunung Tambora memiliki lima jalur pendakian yaitu Piong, Kawinda To’i, Pancasila, Doro Canga, dan Doropeti. Untuk jalur Piong, kamu bisa memanfaatkan kendaraan untuk mencapai area dekat puncak gunung.

“Bibir kaldera Tambora tidak dingin seperti Gunung Rinjani. Kalau ke sana orang bisa buka baju (kalau merasa panas),” kata Heriyadi.

Apabila kamu ingin turun ke kaldera, Heriyadi menyarankan untuk turun bersama orang yang memang sudah ahli dengan medan Gunung Tambora agar aman dan selamat.

7. Pulau Satonda

Untuk menuju Pulau Satonda, kami dibawa menaiki perahu di Pelabuhan Nangamiro. Sembari di perahu, Heriyadi menjelaskan bahwa Pulau Satonda adalah tempat wisata yang harus dikunjungi.

Tarif kapal tergantung dengan jenisnya. Namun waktu tempuh dari pelabuhan tersebut ke pulau berada di kisaran satu jam.

Sebab, Pulau Satonda merupakan salah satu dari lima lokasi stromatolit di dunia. Stromatolit diindikasikan sebagai cikal bakal kehidupan.

Keindahan Pulau Satonda di Sumbawa. SHUTTERSTOCK/HARRY HERMANAN Keindahan Pulau Satonda di Sumbawa.

“Airnya asin seperti air laut. Tapi ada sumur yang airnya tidak asin namun juga tidak tawar. Salah satu hal menarik di Pulau Satonda adalah pada musim tertentu, pohon-pohon yang tidak berdaun akan memiliki “daun” yaitu kelelawar dengan panjang sayap 1 meter,” kata Heriyadi.

Beberapa danau yang terletak di pulau ini merupakan hasil dari letusan Gunung Satonda ribuan tahun lalu.

Salah satu danau, Danau Satonda, bisa kamu manfaatkan untuk berendam sembari menikmati keindahan alam. Kamu juga dapat mendaki perbukitan di sana sembari mengamati satwa yang ada.

8. Air Terjun Mata Jitu, Pulau Moyo

Air terjun Mata Jitu, Pulau Moyo. SHUTTERSTOCK/RADITYA Air terjun Mata Jitu, Pulau Moyo.

Salah satu tempat wisata yang kerap dikunjungi wisatawan adalah Air Terjun Mata Jitu. Melalui Pelabuhan Nangamiro, kamu bisa sewa kapal sekaligus untuk berkunjung ke sini usai dari Pulau Satonda.

“Ini air terjun berundak. Ada gua juga di sana. Dulu pulau ini ada di bawah laut sebelum naik ke atas,” kata Heriyadi.

Air terjun yang berada di tengah hutan tersebut masih asri. Airnya yang sangat jernih dianggap sebagai hal yang menarik perhatian wisatawan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com