Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Desa Ini Pungut Biaya Masuk, Apakah Setimpal?

Kompas.com - 15/05/2020, 09:14 WIB
Syifa Nuri Khairunnisa,
Kahfi Dirga Cahya

Tim Redaksi

Sumber SCMP

 

Supai

Lebih dari 6 juta wisatawan mengunjungi taman nasional Grand Canyon tahun lalu. Tersembunyi di formasi batu terjal, terletak satu-satunya desa di ngarai kuno tersebut.

Supai terletak sekitar 13 kilometer dari jalanan terdekat. Supai juga sekaligus jadi komunitas paling terpencil di 48 negara bagian di Amerika Serikat.

Satu-satunya cara untuk mencapai pemukiman ini dan juga air terjun berwarna tosca di sana adalah dengan menggunakan helikopter atau dengan berjalan kaki dan bisa juga menggunakan rusa, yang jadi cara untuk mengirim surat ke sana.

Desa ini jadi bagian dari Reservasi Indian Havasupai, yang artinya orang-orang perairan biru-hijau. Mereka sudah tinggal di Grand Canyon selama lebih dari 800 tahun. Kini mereka mendapatkan pemasukan dari tiket masuk dan biaya camping.

Tiket masuk ke Supai beserta biaya lingkungan dan pajak dihargai sekitar 110 dolar Amerika atau sekitar Rp 1,6 juta per orang. Sementara pondok untuk empat orang dihargai sekitar Rp 6,5 juta per kamar per malam.

Lalu untuk izin camping dihargai mulai dari 100 dolar Amerika atau sekitar Rp 1,4 juta per malam dengan durasi menginap minimal tiga malam.

Baca juga: Mengunjungi Lembah Raksasa Grand Canyon

Huai Sua Tao

Sekelompok perempuan leher panjang di Thailand sedang menarikSergeBertasiusPhotography / Shutterstock.com Sekelompok perempuan leher panjang di Thailand sedang menarik

Desa ini adalah salah satu dari banyak “desa leher panjang” di Thailand. Para penghuninya adalah suku Kayan yang keluarga mereka dahulu pergi dari konflik di Burma (sekarang Myanmar) pada tahun 1980-an. Mereka bertempat tinggal di kamp pengungsian.

Para wanita secara tradisional menggunakan cincin kuningan berat yang akan memperpanjang leher mereka. Leher panjang ini jadi penanda kecantikan.

Tak perlu waktu lama bagi para wanita yang sering dipanggil sebagai wanita jerapah ini untuk jadi daya tarik pariwisata.

Terdapat beberapa rumor eksploitasi. Para wanita disebutkan menerima sedikit uang yang mereka hasilkan. Mereka juga disebut berada di keadaan terlupakan yang semi-legal.

Tanpa kewarganegaraan Thailand, mereka hanya punya akses terbatas untuk layanan dasar seperti layanan kesehatan dan pendidikan.

Ada saja pengunjung yang tidak sensitif yang menyodokkan jari mereka ke cincin lehernya, secara umum mengobjektifikasi para wanita tersebut.

Sementara sebagian pengunjung lainnya merasa sangat tidak nyaman karena sadar bahwa mereka sudah memesan tur kebun binatang manusia.

Tiket masuk ke Huai Sua Tao dan desa-desa Kayan lainnya adalah sekitar 250 baht Thailand atau sekitar Rp 115.913.

Baca juga: We Love Thailand, Kampanye Pariwisata Domestik Thailand Saat Pandemi Usai

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com