JAKARTA, KOMPAS.com - Situasi pandemi Covid-19 di beberapa negara berangsur pulih, salah satunya Korea Selatan.
Hal ini membuat negara tersebut akhirnya membuka kembali perjalanan domestik di negaranya.
Kendati demikian, Deputy of President ASEAN Tourism Association, Eddy Krismeidi Soemawilaga mengatakan, pembukaan perjalanan domestik tidak serta merta mengartikan kasus virus corona telah berhenti.
Eddy mencontohkan ketika Korea Selatan membuka kembali perjalanan domestik.
Baca juga: Sekitar 140.000 Turis Berkunjung ke Jeju di Tengah Pandemi Corona
Pada akhir April tak ada kasus baru virus corona, tetapi setelah perjalanan domestik dibuka malah timbul kasus baru.
"Minggu ini Korea menemukan kasus baru hingga 25 kasus perhari," jelas Eddy dalam telekonferensi bersama ASITA, Sabtu (9/5/2020).
"Jadi tetap saja walaupun sudah aman, dengan adanya pembukaan travel domestik, tetap menimbulkan kasus baru," kata Eddy.
Untuk itu, Eddy berharap Indonesia perlu waspada jika suatu ketika kembali membuka perjalanan domestik.
Ia mengatakan setelah dibukanya kembali perjalanan domestik, 138.000 warga Korea Selatan mengunjungi Pulau Jeju.
"Ini di luar prediksi yang hanya 106.000 orang. Sehingga 30 persen lebih tinggi daripada prediksi. Ini kita perlu antisipasi di Indonesia, terutama untuk perjalanan ke daerah-daerah yang sudah terbuka," ujarnya.
Ia pun menganalogikan situasi seperti ini akan terjadi di Indonesia, apabila mudik tidak dilarang. Oleh sebab itu, ia mendukung larangan mudik untuk mencegah penyebaran virus.
Lanjut Eddy, ASEANTA sendiri mengusulkan tiga upaya yang perlu dilakukan negara-negara ASEAN untuk mencegah penyebaran virus baru terjadi.
Usulan ini juga dimaksud untuk dapat mempercepat proses pembukaan perjalanan, terutama rute internasional.
Pertama, ia mengungkapkan bahwa negara-negara ASEAN perlu mempersiapkan rencana recovery atau pemulihan pariwisata akibat Covid-19 secepatnya.
Covid-19 Tourism Recovery Plan diperlukan agar proses pembukaan seluruh industri dapat kembali berjalan.
Baca juga: Wisatawan Nusantara, Kunci Pariwisata Indonesia untuk Bangkit saat Corona Berakhir
"Kedua, adanya new normal, seharusnya ASEAN juga dapat membuat common travel guideline (panduan perjalanan umum) bersama, sehingga proses perjalanan itu dapat berjalan lebih smooth. Ini jadi tantangan tersendiri," jelasnya.
Selain itu, ia juga mengatakan agar aplikasi penanggulangan Covid-19 yang telah berjalan di beberapa negara ASEAN dapat berjalan lancar.
Terlebih lagi, ia berharap agar aplikasi ini dapat dimiliki setiap orang.
Indonesia sendiri telah memiliki aplikasi perlindungan warganya terhadap Covid-19 yaitu melalui aplikasi PeduliLindungi.
"Negara ASEAN lainnya juga punya, seperti Malaysia itu MyTrace, Thailand Mor Chana, Singapura TraceTogether, dan Filipina StaySafe.ph atau WeTrace," ujarnya.
Adapun kelima aplikasi tersebut, menurut Eddy memiliki fungsi yang sama yaitu melacak keberadaan Covid-19 di lokasi sekitar pengguna aplikasi tersebut.
Baca juga: Hadapi Era New Normal, Pelaku Pariwisata Perlu Siapkan Protokol Kesehatan
Ia pun berharap aplikasi semacam ini dapat terintegrasi se-ASEAN sehingga dapat membantu proses pemulihan awal.
"Terutama dari pergerakan manusia dan pengguna dapat menghindari tempat-tempat yang memiliki risiko tinggi kasus Covid melalui aplikasi ini," tambahnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.