Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Protokol New Normal Dapat Jadi Nilai Tambah untuk Jual Produk Wisata

Kompas.com - 16/05/2020, 14:02 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Silvita Agmasari

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Setelah pandemi Covid-19 berakhir, dunia khususnya pariwisata akan menghadapi era New Normal. Lantas bagaimana negara-negara ASEAN menghadapinya?

Deputy of President ASEAN Tourism Association, Eddy Krismeidi Soemawilaga mengatakan, untuk menarik wisatawan, setiap destinasi wisata perlu menerapkan protokol New Normal. 

Protokol ini mengutamakan kesehatan pelancong pasca Covid-19.

"Memang itu menjadi satu keharusan, karena sekarang orang memiliki ketakutan berlebih untuk bepergian atau berwisata. Utamanya ya memasukkan New Normal tersebut di tiap daerah atau satu usaha," kata Eddy dalam telekonferensi bersama ASITA, Sabtu (9/5/2020).

Baca juga: Hadapi Era New Normal, Pelaku Pariwisata Perlu Siapkan Protokol Kesehatan

Apabila protokol New Normal dilakukan, menurut Eddy dapat menjadi nilai tambah dan wisatawan akan cenderung memilih datang ke tempat tersebut.

Menurut Eddy, regulasi New Normal dapat menjadi poin yang menjual bagi sektor pariwisata.

Hal ini dikarenakan adanya perubahan tujuan orang berwisata yang lebih mengutamakan soal kesehatan pascaCovid-19.

Ia menjelaskan, wisatawan saat ini memiliki kecenderungan lebih memilih tempat wisata yang bebas Covid-19 dan keamanan, di samping pengalaman yang didapat.

Ilustrasi Pariwisata IndonesiaDokumentasi Biro Komunikasi Kemenparekraf Ilustrasi Pariwisata Indonesia

Baca juga: Virtual Tour, Peluang Baru Pariwisata di Era New Normal

Ia pun setuju apabila New Normal tersebut dapat dijadikan suatu regulasi untuk mengatur orang bepergian atau berwisata, terlebih di Asia Tenggara.

Eddy juga mencontohkan, saat ini baru maskapai penerbangan saja yang menerapkan strategi menghadapi New Normal dengan protokol kesehatan yang dimilikinya.

"Maskapai sudah menerapkan itu berdasarkan surat edaran Gugus Tugas, kementerian kesehatan, dan kementerian perhubungan. Kita ikuti semua, dan itu menjadi keharusan dan itu juga dapat menjadi selling point untuk menarik wisatawan," jelasnya.

Sebelumnya Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio mengatakan, dalam menghadapi New Normal pariwisata perlu kembali ke dasar kebutuhan wisatawan.

Hal ini pun sudah disiapkan sejak sebelum virus corona mewabah di Indonesia.

"Jauh sebelum adanya corona, saya sudah merencanakan di tahun 2020 ini, pariwisata harus kembali ke dasar atau standar kebutuhan wisatawannya dulu yang harus dipersiapkan," kata Wishnutama.

Ia mengatakan hal tersebut dalam telekonfrensi "Milenial dan Generasi Z: Tantangan, Harapan, dan Masa Depan New Normal" Minggu (10/5/2020).

Baca juga: New Normal Pariwisata Indonesia: Toilet Bersih hingga Tim Rescue

Wishnutama memberikan contoh kebutuhan wisatawan yang paling dasar adalah fasilitas toilet bersih.

Ia pun mempertanyakan tempat wisata di Indonesia mana yang memiliki fasilitas toilet umum bersih.

Toillet Umum yang berada di pusat kuliner Thamrin 10 Andra Prabasari Toillet Umum yang berada di pusat kuliner Thamrin 10

Oleh sebab itu, ia mengatakan tidak memberikan Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk mendirikan fasilitas lain seperti gapura dan lainnya, melainkan perbaikan serta pengadaan toilet bersih.

Baca juga: Vietnam Mulai Buka Tempat Wisata untuk Wisatawan Domestik

"Saya katakan, secara khusus enggak ada tuh DAK bangun gapura. Kita harus bikin toilet, bikin kebersihan, bikin yang basic banget yaitu bersih. Karena saya yakin destinasi kita kalau bersih, teratur, pasti akan jauh lebih menarik," jelasnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com