KOMPAS.com - Tips membuat tahu gejrot enak masuk dalam jajaran berita terpopuler Travel Kompas.com pada Sabtu kemarin.
Berita populer lainnya adalah tujuh makanan legendaris di Jakarta, protokol kesehatan penganan kepulangan WNI dan kedatangan WNA di pintu bandara.
Selain itu, protokol New Normal bisa jadi nilai tambah jual produk wisata, serta direktur utama Garuda Indonesia tidak setuju pakai alat pelindung diri (APD) diterapkan di pesawat.
Untuk lengkapnya, berikut berita terpopuler Travel Kompas.com paada 16 Mei 2020.
Kamu hanya perlu menyiapkan, tahu goreng, cabai, bawang merah, larutan gula merah, dan asam jawa untuk membuat tahu gejrot.
Ada tips tersendiri untukmembuat tahu gejrot yang enak seperti yang di Cirebon asli.
Menurut Chef Hotel Santika Cirebon, Aguk Prasetiyo, tahu gejrot yang nikmat berasal dari tahu pong goreng yang direndam dalam air es.
Bulan Ramadhan kali ini terasa berbeda dengan tahun sebelumnya. Pemberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) membuat momen berbuka puasa di rumah makan tak ada lagi tahun ini.
Namun, dengan adanya kampanye sosial #TerhubungDariRumah progam 'Jajan Ramadhan dari Rumah', kamu bisa memesan makanan dari rumah makan favoritmu.
Bukan hanya di Ibu Kota, 'Jajan Ramadhan dari Rumah' juga menawarkan makanan dari rumah makan di JaBoDeTaBek.
Kampanye sosial ini merupakan suatu gerakan dari Kompas Gramedia dalam memenuhi kebutuhan masyarakat di situasi pandemi Covid-19.
Selain itu kamu juga bisa mengobati rasa kangen menjajal kuliner lokal dan membantu usaha makanan setempat.
Jangan khawatir, 'Jajan Ramadhan dari Rumah' mengandeng mitra tujuh rumah makan legendaris yang ada di JaBoDeTaBek.
Protokol ini bertujuan untuk mencegah penyebaran virus corona, terlebih di masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Bandara Internasional Soekarno Hatta, Anas Maruf mengatakan, penumpang baik itu Warga Negara Indonesia (WNI) maupun Warga Negara Asing (WNA) ketika tiba di Indonesia wajib melakukan pemeriksaan kesehatan di KKP bandara.
"Kami tugasnya mulai dari menerima kedatangan, protokolnya seperti ini kemudian dibawa ke asrama karantina," kata Anas saat dihubungi Kompas.com, Jumat (15/5/2020).
"Kami tugasnya itu yang penting mendata dan memeriksa kesehatan penumpang, kemudian Gugus Tugas menerima untuk dibawa ke tempat karantina," lanjut Anas.
Lantas bagaimana negara-negara ASEAN menghadapinya?
Deputy of President ASEAN Tourism Association, Eddy Krismeidi Soemawilaga mengatakan, untuk menarik wisatawan, setiap destinasi wisata perlu menerapkan protokol New Normal. Protokol ini mengutamakan kesehatan pelancong pasca Covid-19.
"Memang itu menjadi satu keharusan, karena sekarang orang memiliki ketakutan berlebih untuk bepergian atau berwisata. Utamanya ya memasukkan New Normal tersebut di tiap daerah atau satu usaha," kata Eddy dalam telekonferensi bersama ASITA, Sabtu (9/5/2020).
Lalu bagaimana jika APD tersebut diterapkan pula pada maskapai penerbangan? Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra menyatakan tidak setuju akan penggunaan APD Kesehatan lengkap pada operasional penerbangan.
“Garuda tidak setuju dengan maskapai yang menerapkan APD Kesehatan seperti AirAsia, dan Emirates. Model pakaiannya tampak seperti astronot. Saya justru akan mempertanyakan ini di rumah sakit atau di pesawat?” kata Irfan dalam telekonferensi Indonesia Tourism Forum (ITF), Jumat (15/5/2020).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.