Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

TN Kelimutu Gagas Produk Pertanian Organik, Jadi Daya Tarik Wisata

Kompas.com - 17/05/2020, 08:19 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Kahfi Dirga Cahya

Tim Redaksi

 

Ia menjelaskan, penggunaan pupuk cair organik di desa tersebut sudah dilakukan pada beberapa budidaya tanaman pertanian seperti kol, sawi, cabai, bawang merah dan tomat dengan hasil memuaskan.

Kini, pupuk cair organik yang diberi nama Nduari ini mulai dimanfaatkan oleh beberapa petani desa lain seperti Desa Wiwipemo, Woloara dan Pemo.

Baca juga: Meneguk Pagi di Puncak Kelimutu

Menurut Ketua Kelompok Tani Muriwalo Desa Woloara, Louyz mengungkapkan kegembiraannya karena pupuk organik berhasil membuat tanaman yang ia panen tumbuh dengan baik.

"Pupuk Organik berbahan dasar Kirinyuh luar biasa, sangat cocok pada tanaman sayuran, umbi-umbian, bawang, jahe, dan sebagainya. Keunggulan lain dari Pupuk Organik ini adalah menyebabkan tanaman tetap tumbuh dan hidup walaupun ditanam pada siang hari," terangnya.

Selain itu, pertumbuhan tanaman juga dikatakannya sangat bagus karena 800 bibit tanaman Sawi yang telah ditanam menunjukkan hasil panen memuaskan.

"Semua tanaman terlihat berwarna hijau segar. Selain itu, kacang panjang hasil panen berpola pertanian organik ini memiliki rasa yang lebih manis dibandingkan dengan kacang panjang yang dipupuk menggunakan pupuk kimia," tambahnya.

Baca juga: Sepi Turis karena Lockdown, Singa di Taman Nasional Ini Tiduran di Aspal Saat Siang Bolong

Keberadaan pupuk organik ini dinilai dapat membantu para petani di sekitar kawasan TN Kelimutu.

Dengan harga Rp 50.000 per satu jerigen berisi lima liter, petani dapat menghasilkan produk organik sebanyak 1.000 tanaman sawi putih pada kebun seluas 10 are.

Petani juga bisa menjualnya dengan harga yang lebih tinggi.

"Misalnya, sayur sawi biasa (dengan pupuk kimia) dihargai Rp 5.000 per kilogram, sedangkan sayur sawi organik seharga Rp 8.000 per kilogram. Bawang merah organik dihargai Rp 30.000 per kilogram, sedangkan bawang merah biasa Rp 15.000-20.000 per kilogram," jelas Persada.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com