Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/05/2020, 08:28 WIB

 

Hari kedua

Lapangan Segitiga

Hari kedua, kami diajak mengunjungi Lapangan Segitiga yang letaknya di Saringan, Kota Sawahlunto. Gino mengatakan, dulunya lapangan ini merupakan kantor utama perusahaan tambang di zaman kolonial.

Oleh karena depan kantor tersebut terdapat lapangan berbentuk segitiga, maka penduduk setempat lebih sering menyebut kantor itu dengan nama Lapangan Segitiga.

Aktivitas masyarakat banyak dilakukan di lapangan tersebut sejak zaman Belanda misalnya tarian kuda kepang Sawahlunto.

Tarian tersebut mencerminkan Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika. Hal ini karena kuda kepang yang berasal dari Jawa justru dimainkan oleh masyarakat multi etnis.

"Jadi yang main tarian itu gak cuma orang Jawa, tapi orang Minang pun ada yang menjadi pemainnya," jelas Gino.

Tarian ini sudah ada di Sawahlunto sejak Indonesia belum merdeka.

Ilustrasi Tambang Kuno Batubara Ombilin Sawahlunto, Sumatera Barat.Dokumentasi Biro Komunikasi Kemenparekraf Ilustrasi Tambang Kuno Batubara Ombilin Sawahlunto, Sumatera Barat.

Museum Tambang Batubara Ombilin

Bergeser ke sisi kanan dari lapangan segitiga, kami melihat dan mengunjungi Museum Tambang Batubara Ombilin.

Museum ini dikelola oleh PT Bukit Asam dan didirikan pada 2014. Wisatawan dapat melihat seputar tambang batubara di sini.

Semula, bangunan ini merupakan tempat bagi para pejabat perusahaan tambang pada sekitar tahun 1916.

Baca juga: 8 Fakta Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto yang Baru Jadi Warisan Dunia

Foto dirilis Jumat (2/8/2019), memperlihatkan patung diorama aktivitas penambangan batubara yang berada di depan Lubang Mbah Suro, terowongan bekas penambangan batubara di Sawahlunto. Sejak ditetapkannya visi baru untuk membangun daerah, yakni mewujudkan Kota Wisata Tambang yang Berbudaya, Sawahlunto pun berbenah, dengan sejumlah cagar budaya, kereta api, termasuk lubang tambang di kota arang itu direvitalisasi.ANTARA FOTO/IGGOY EL FITRA Foto dirilis Jumat (2/8/2019), memperlihatkan patung diorama aktivitas penambangan batubara yang berada di depan Lubang Mbah Suro, terowongan bekas penambangan batubara di Sawahlunto. Sejak ditetapkannya visi baru untuk membangun daerah, yakni mewujudkan Kota Wisata Tambang yang Berbudaya, Sawahlunto pun berbenah, dengan sejumlah cagar budaya, kereta api, termasuk lubang tambang di kota arang itu direvitalisasi.

Lubang Tambang Mbah Suro

Berikutnya, kami mengunjungi Lubang Tambang Mbah Suro yang terletak di Jalan Abdurahman Hakim, Tanah Lapang, Sawahlunto.

Sebelum menuju lubang tambang, peserta diajak melihat visualisasi dari Gedung Info Box yang dulunya berdiri gedung pertemuan para buruh.

Gedung ini dulunya sering dijadikan tempat hiburan para buruh.

"Jadi tempat ini sengaja didirikan Belanda untuk para buruh menghabiskan uangnya. Jadi habis mereka dapat upah, lalu mereka menghabiskan uangnya di tempat ini," ujar Gino.

Masuk ke lubang tambang, peserta virtual tur diajak melihat tontonan video cerita sejarah Lubang Tambang Mbah Suro yang konon mengambil nama salah seorang mandor sekaligus penasihat yaitu Mbah Suro.

Ada versi lain juga penamaan Mbah Suro karena pembukaan lubang tambang ini dilakukan pada saat malam satu Suro.

Baca juga: Mengapa Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto Terpilih Jadi Warisan Dunia UNESCO?

Foto dirilis Jumat (2/8/2019), memperlihatkan pemadu wisata menjelaskan tentang sejarah Lubang Mbah Suro di bekas tambang batubara di Sawahlunto. Sejak ditetapkannya visi baru untuk membangun daerah, yakni mewujudkan Kota Wisata Tambang yang Berbudaya, Sawahlunto pun berbenah, dengan sejumlah cagar budaya, kereta api, termasuk lubang tambang di kota arang itu direvitalisasi.ANTARA FOTO/IGGOY EL FITRA Foto dirilis Jumat (2/8/2019), memperlihatkan pemadu wisata menjelaskan tentang sejarah Lubang Mbah Suro di bekas tambang batubara di Sawahlunto. Sejak ditetapkannya visi baru untuk membangun daerah, yakni mewujudkan Kota Wisata Tambang yang Berbudaya, Sawahlunto pun berbenah, dengan sejumlah cagar budaya, kereta api, termasuk lubang tambang di kota arang itu direvitalisasi.

Para tahanan politik dari berbagai daerah dipaksa bekerja pada lubang tambang tersebut pada kala itu.

"Ini dibuka lagi dan menjadi museum situs Lubang Tambang Mbah Suro tahun 2008. Kita bisa melihat batubara langsung yang ada di dinding lubang," jelasnya.

Jika berkunjung ke sini, wisatawan juga akan melihat patung Mbah Suro di depan lokasi.

Makan siang pical lontong Mbah Suro

Setelah setengah hari melakukan kunjungan, kami pun melihat visualisasi wisata kuliner tepatnya di warung Pical Lontong Mbah Suro. Lokasinya masih berada di Kompleks Lubang Tambang Mbah Suro.

Makanan khas di warung ini adalah pecel lontong dengan mi kuning dan kerupuk merah. Hal ini yang menjadikan pecel lontong Sawahlunto berbeda dengan di Jawa.

Harga satu porsinya Rp 10.000. Selain itu, wisatawan juga bisa membeli minuman khas lainnya yaitu Teh telur atau teh talua dalam bahasa Minang.

"Ini unik juga, telur mentah yang diaduk dengan gula lalu diseduh dengan teh pekat. Rasanya lezat sekali," kata Gino.

Baca juga: Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto Resmi Jadi Warisan Dunia UNESCO

Foto dirilis Jumat (2/8/2019), memperlihatkan pengunjung melintas di depan bangunan cagar budaya di kawasan gudang ransoem Sawahlunto. Sejak ditetapkannya visi baru untuk membangun daerah, yakni mewujudkan Kota Wisata Tambang yang Berbudaya, Sawahlunto pun berbenah, dengan sejumlah cagar budaya, kereta api, termasuk lubang tambang di kota arang itu direvitalisasi.ANTARA FOTO/IGGOY EL FITRA Foto dirilis Jumat (2/8/2019), memperlihatkan pengunjung melintas di depan bangunan cagar budaya di kawasan gudang ransoem Sawahlunto. Sejak ditetapkannya visi baru untuk membangun daerah, yakni mewujudkan Kota Wisata Tambang yang Berbudaya, Sawahlunto pun berbenah, dengan sejumlah cagar budaya, kereta api, termasuk lubang tambang di kota arang itu direvitalisasi.

Museum Goedang Ransoem

Tempat wisata berikutnya masih seputar sejarah yaitu di Museum Goedang Ransoem. Lokasinya berada di Jalan Abdurahman Hakim, Tanah Lapang, Sawahlunto.

Dulunya museum ini merupakan dapur umum zaman kolonial. Selesai dibangun pada tahun 1918 dan dimanfaatkan Belanda sebagai dapur umum dan rumah potong hewan.

Uniknya, di tempat ini terdapat mesin masak menggunakan tenaga uap yang sudah dilakukan sejak zaman Belanda. Adapun mesin tungku uap peninggalan bersejarah itu dapat memberi makan diperkirakan sekitar 7.000 orang.

Selain itu ada juga ketel uap yang unik dengan diameter 1,3 meter dan tinggi sekitar 60 cm.

"Ini juga unik, bagaimana sistem memasak dulu bisa memasak untuk 1.000-7.000 pekerja saat itu," ujar Gino.

Tahun 2005 diresmikan menjadi museum oleh Wakil Presiden saat itu Jusuf Kalla.

Museum ini menyajikan gambaran proses memasak pada masa kolonial di Sawahlunto.
IPTEK Centre

Bergeser sedikit dari Museum Goedang Ransoeum, ada bangunan unik lainnya yaitu IPTEK Centre. Bangunan ini dulunya merupakan gudang padi.

Baca juga: Virtual Tour Lawang Sewu saat Malam Hari, Tertarik Coba?

Saat ini bangunan telah dialihfungsikan sebagai pusat wisata edukasi tentang teknologi. Wisatawan akan diinformasikan dan belajar tentang proses teknologi zaman dulu hingga sekarang, mulai dari uap hingga teknologi baru.

Cendana Homestay

Usai seharian berwisata, peserta pun diajak beristirahat di penginapan berbeda yaitu Cendana Homestay yang letaknya di Tanah Lapang, Kota Sawahlunto.

Sawahlunto sendiri memiliki beragam penginapan mulai dari homestay hingga hotel.
Harganyapun beragam mulai dari kisaran Rp 150.000. Semua tarif penginapan sudah tersedia di beberapa online travel agent.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

5 Pantai di Maluku Barat Daya yang Wajib Dikunjungi, Pas untuk Liburan

5 Pantai di Maluku Barat Daya yang Wajib Dikunjungi, Pas untuk Liburan

Jalan Jalan
Cara Naik Kereta Lokal di Stasiun Rangkasbitung, Bisa Transit dari KRL

Cara Naik Kereta Lokal di Stasiun Rangkasbitung, Bisa Transit dari KRL

Travel Tips
4 Wisata di Puncak Papua, Mandi Air Panas dan Kulineran

4 Wisata di Puncak Papua, Mandi Air Panas dan Kulineran

Jalan Jalan
10 Tempat Liburan di Lampung Selain Pantai, Ada Wahana Baru 

10 Tempat Liburan di Lampung Selain Pantai, Ada Wahana Baru 

Jalan Jalan
Cara ke Desa Wisata Welora di Maluku, Harus Naik Kapal 2 Hari

Cara ke Desa Wisata Welora di Maluku, Harus Naik Kapal 2 Hari

Travel Tips
Rawa Bento di TN Kerinci Seblat, Disebut Mirip Sungai Amazon

Rawa Bento di TN Kerinci Seblat, Disebut Mirip Sungai Amazon

Jalan Jalan
Museum Dewantara Jadi Saksi Bisu Kericuhan di Jalan Tamansiswa, Ini 5 Faktanya

Museum Dewantara Jadi Saksi Bisu Kericuhan di Jalan Tamansiswa, Ini 5 Faktanya

Jalan Jalan
5 Wisata di Banggai Kepulauan yang Populer, Ada Danau Sebening Kaca

5 Wisata di Banggai Kepulauan yang Populer, Ada Danau Sebening Kaca

Jalan Jalan
5 Aktivitas di Desa Wisata Welora Maluku, Cuci Mata di Bawah Laut

5 Aktivitas di Desa Wisata Welora Maluku, Cuci Mata di Bawah Laut

Jalan Jalan
Mengapa Idul Adha di Kudus Tidak Menyembelih Sapi? Simak Sejarahnya

Mengapa Idul Adha di Kudus Tidak Menyembelih Sapi? Simak Sejarahnya

Jalan Jalan
4 Tempat Beli Oleh-oleh Haji di Surabaya, Ada Beragam Jenis Kurma

4 Tempat Beli Oleh-oleh Haji di Surabaya, Ada Beragam Jenis Kurma

Jalan Jalan
Desa Wisata Bakal Jadi Andalan Baru Labuan Bajo untuk Gaet Wisatawan

Desa Wisata Bakal Jadi Andalan Baru Labuan Bajo untuk Gaet Wisatawan

Travel Update
Ekowisata Sungai Mudal di Kulon Progo Tutup pada Rabu, 7 Juni 2023

Ekowisata Sungai Mudal di Kulon Progo Tutup pada Rabu, 7 Juni 2023

Travel Update
Rute ke Padukuhan Wotawati dari Pantai Sadeng, Permukiman di Dasar Bengawan Solo Purba

Rute ke Padukuhan Wotawati dari Pantai Sadeng, Permukiman di Dasar Bengawan Solo Purba

Travel Tips
Panduan Lengkap ke OMAH Library, Hidden Gem di Tangerang

Panduan Lengkap ke OMAH Library, Hidden Gem di Tangerang

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+