Ia mencontohkan pengadaan genangan air berisi clorox atau pemutih untuk disinfektan alas kaki.
"Jadi ketika saya masuk ke pintu penginapan itu, siapa saja, pasti harus menaruh alas kakinya di genangan air berisi clorox tersebut," katanya.
Tak hanya di situ, kebijakan pemerintah juga mengatur penduduknya yang memiliki kendaraan mobil untuk operasional penggunaan.
Baca juga: Pariwisata Dibuka untuk Wisatawan Nusantara saat Kasus Corona Menurun
Setiap mobil yang ada di Ekuador juga diatur oleh pemerintah untuk penggunaannya pada waktu-waktu tertentu.
"Jadi didata itu semua mobil, platnya ini harus keluar kapan, lalu enggak boleh keluar atau digunakan itu kapan. Ada semua itu waktunya, jadi dijatah juga mobil keluar," terangnya.
Kebijakan lockdown di Ekuador memaksa Ezta untuk menghentikan kegiatan traveling. Kendati demikian, ia tak hanya berdiam diri ketika berada di penginapan.
Ia mengatakan banyak hal yang bisa dilakukan selama berada di rumah saja, salah satunya adalah membaca dan belajar tentang Bahasa Spanyol.
“Kegiatan saya waktu itu di Ekuador hanya membaca buku online dan belajar Bahasa Spanyol. Kan banyak tuh situs belajar gratis Bahasa Spanyol di internet. Jadi jangan dipikirkan enggak enaknya, cari kegiatan positif di rumah contohnya belajar,” cerita Ezta.
View this post on InstagramA post shared by Safe Travel Kemlu (@safetravel.kemlu) on May 16, 2020 at 9:11pm PDT
Ia juga mengaku mengandalkan aplikasi Safe Travel yang dibuat oleh Kementerian Luar Negeri Indonesia.
Menurutnya, aplikasi tersebut sangat membantu terlebih di masa-masa sulit seperti sekarang untuk turis asal Indonesia.
Baca juga: Kisah Dua Pelancong WNI yang Terjebak di Nepal Sebulan Lebih karena Lockdown
Lebih lanjut, Ezta mengatakan bahwa ketika sedang berwisata dan mengalami masalah, WNI dapat langsung menghubungi kedutaan atau duta besar yang tersedia melalui aplikasi tersebut.
“Kedutaan juga menginformasikan kepada setiap WNI yang ada di luar negeri untuk jangan khawatir menghubungi mereka, karena pasti akan dibantu,” katanya.
Selang kurang lebih dua bulan berada di Quito, Ekuador, Ezta pun dihubungi oleh pihak KBRI Quito dan memfasilitasinya untuk terbang ke Meksiko dengan pesawat repatriasi.
“Jadi saya naik pesawat itu sebenarnya khusus untuk repatriasi orang-orang Meksiko yang ada di Quito. Jadi kalau saya tidak melobi orang KBRI itu tidak akan terjadi saya bisa ke Meksiko,” kenangnya.
Tiba di Meksiko, masalah pun kembali didapat Ezta kala semua hotel atau penginapan tutup karena kebijakan lockdown yang diterapkan pemerintah.
Lagi-lagi, dirinya dibantu oleh pihak KBRI Quito untuk melobi KBRI Meksiko terkait tempat menginap.
“Ya, hasilnya saya diizinkan untuk tinggal di wisma KBRI Meksiko hingga sekarang. Saya rencana kan sembilan hari di sini. Mulai dari 12 Mei sampai 21 Mei lalu terbang ke Vancouver untuk menuju Jakarta,” ujarnya.
Baca juga: Bagaimana Tren Wisatawan Setelah Pandemi Corona Berakhir?
Ia pun mensyukuri bahwa setiap perjalanan pasti selalu ada bantuan jika mau berusaha.
Ia sekali lagi mengimbau kepada wisatawan yang masih ada di luar negeri untuk dapat selalu memperbarui keadaannya kepada pihak kedutaan besar setempat.
Selain itu, tidak lupa juga untuk mengunduh aplikasi Safe Travel karena akan sangat berguna untuk mengontrol keberadaan wisatawan di luar negeri.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.