Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengalaman Turis Indonesia 3 Bulan Terjebak di 2 Negara karena Lockdown

Kompas.com - 19/05/2020, 20:07 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Silvita Agmasari

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Pandemi virus corona membuat beberapa negara terpaksa melakukan kebijakan lockdown untuk menekan penyebaran virus.

Kebijakan penutupan batas negara tersebut benar-benar ketat, diterapkan bagi warga negara maupun wisatawan yang terjebak di negara itu.

Salah seorang turis asal Indonesia bernama Ezta Lavista berbagi cerita pengalamannya kala berwisata di masa pandemi virus corona dan harus memperpanjang masa kunjungan. 

Ia membagikan cerita melalui Live Instagram akun pribadinya @ezta_lavista dan akun pemandu acara @erlanprimansyah, Sabtu (16/5/2020) malam.

Ezta yang seorang instruktur yoga ini kini berada di Meksiko tepatnya Wisma Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Mexico City.

Sebelumnya, ia berada di Ekuador selama lebih dari satu bulan. 

Ezta mengaku enggan disebut dirinya terdampar saat solo traveling. Ia lebih memilih untuk menyebut kejadian yang dialaminya merupakan sebuah cerita saat traveling.

Baca juga: Wisatawan Nusantara, Kunci Pariwisata Indonesia untuk Bangkit saat Corona Berakhir

"Karena kalau travellers itu harus ada ceritanya. Kalau travellers enggak ada ceritanya itu kurang. Ya walaupun ada pahit-pahitnya juga, tapi kita ambil sisi positifnya saja di masa seperti ini," kata Ezta.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

I shared about eco tourism in #Galapagos during my Instagram live this morning. Things to highlight, if its possible to maintain how people could live among the wildlife like in Galapagos, this to be replicated in many other areas. . Human is not superior compare to the rest living beings on this earth, we are part of the ecosystem, then it is our responsibility to maintain the ecosystem. Use enough, respect all and protect each other. . . #WildLife #EcoTourism #Beach #TortugaBay #GalapagosTrip #TravelGalapagos #TravelEcuador #Ecuador #Travel #TravelPics #TravelInStyle #GirlWhoTravels #Adventure #Wanderlust #Globetrotter #TravelTheWorld #SaveTheNature #SaveWildLife #Ecosystem #Earth #SaveTheEnvironment

A post shared by ? ? ? ? ?????????????????? (@ezta_lavista) on May 16, 2020 at 9:46am PDT

Awal mula traveling di masa pandemi

 

Kisahnya diawali kala Ezta berwisata mengelilingi Amerika Selatan seperti Kuba, Bogota, Peru, hingga Ekuador pada pertengahan Februari 2020.

Saat itu, kasus virus corona belum terdeteksi di negara-negara Amerika Selatan dan diakuinya perjalanan wisata masih berjalan normal.

Barulah situasi berbeda dirasakan ketika dirinya berada di Kepulauan Galapagos, Ekuador.

Ia menerima laporan dari pengelola jasa akomodasi tempat dirinya menginap bahwa ada penemuan kasus virus corona di Ekuador.

"Pada saat itu, pemerintah sepertinya mau melakukan penutupan perbatasan baik bagi warga negaranya maupun wisatawan," ujarnya.

Kemudian, ia lantas bergerak ke Quito dan mempertanyakan nasibnya jika kelak pemerintah Ekuador menerapkan lockdown.

Baca juga: Vietnam Mulai Buka Tempat Wisata untuk Wisatawan Domestik

Ia pun mencari solusi dengan menghubungi rekannya yang memiliki akses ke KBRI Quito. Tak disangka, respon cepat ditunjukkan KBRI dengan cara mengontak Ezta.

"Pihak KBRI pun datang menemui saya dan memberikan bantuan berupa sembako, masker, hand sanitizer, dan lainnya. Mereka memastikan bahwa saya baik-baik saja," terangnya.

Lanjutnya, Ezta pun berdiskusi dengan pihak KBRI tentang kejelasan nasib dirinya di negara tersebut.

Hasil diskusi menyatakan dirinya enggan untuk pulang kembali ke Tanah Air di kala situasi masih mencekam.

Alasannya enggan pulang juga ditambah dengan pengumuman resmi dari Menteri Luar Negeri Retno Marsudi terkait penutupan perbatasan Indonesia mulai 16 Maret hingga 10 April.

Galapagos di Ekuador.KKday Image Resources Galapagos di Ekuador.

Kegiatan selama berada di Ekuador pada masa lockdown

Berada di dua negara yang menerapkan kebijakan lockdown membuat pergerakan Ezta selalu diawasi pemerintah setempat.

Ia bercerita selama dua bulan berada di Quito, ibukota Ekuador, dirinya sangat jarang keluar rumah.

Pemerintah Ekuador menerapkan kebijakan orang hanya boleh keluar dengan alasan penting seperti ke supermarket dan rumah sakit untuk urusan medis.

Baca juga: Mal di Thailand Kembali Dibuka Usai Lockdown Dilonggarkan

Pemerintah juga menerapkan kebijakan pembatasan waktu beraktivitas di luar rumah yaitu pukul 05.00 hingga 14.00 waktu setempat.

Sementara itu, untuk waktu di atas pukul 14.00 hingga pukul 05.00 pagi, semua orang wajib berada di rumah.

"Jadi memang benar-benar teratur. Penduduknya di sana kan ada sekitar 3 juta orang, hitungannya kota padat penduduk, tapi mereka semua paham akan kondisi ini, jadi ada jaga jarak dan lainnya," jelas Ezta.

Selain itu, di tempat penginapan Ezta tinggal, protokol kesehatan Covid-19 juga diadakan.

Ia mencontohkan pengadaan genangan air berisi clorox atau pemutih untuk disinfektan alas kaki.

"Jadi ketika saya masuk ke pintu penginapan itu, siapa saja, pasti harus menaruh alas kakinya di genangan air berisi clorox tersebut," katanya.

Tak hanya di situ, kebijakan pemerintah juga mengatur penduduknya yang memiliki kendaraan mobil untuk operasional penggunaan.

Baca juga: Pariwisata Dibuka untuk Wisatawan Nusantara saat Kasus Corona Menurun

Setiap mobil yang ada di Ekuador juga diatur oleh pemerintah untuk penggunaannya pada waktu-waktu tertentu.

"Jadi didata itu semua mobil, platnya ini harus keluar kapan, lalu enggak boleh keluar atau digunakan itu kapan. Ada semua itu waktunya, jadi dijatah juga mobil keluar," terangnya.

Kebijakan lockdown di Ekuador memaksa Ezta untuk menghentikan kegiatan traveling. Kendati demikian, ia tak hanya berdiam diri ketika berada di penginapan.

Ia mengatakan banyak hal yang bisa dilakukan selama berada di rumah saja, salah satunya adalah membaca dan belajar tentang Bahasa Spanyol.

“Kegiatan saya waktu itu di Ekuador hanya membaca buku online dan belajar Bahasa Spanyol. Kan banyak tuh situs belajar gratis Bahasa Spanyol di internet. Jadi jangan dipikirkan enggak enaknya, cari kegiatan positif di rumah contohnya belajar,” cerita Ezta.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

Perkembangan COVID-19 di Dunia dan Pelindungan WNI (as of 17 Mei 2020; 08.00 WIB) #negaramelindungi #covid19 #coronavirus #situationreport

A post shared by Safe Travel Kemlu (@safetravel.kemlu) on May 16, 2020 at 9:11pm PDT

Pakai aplikasi Safe Travel

Ia juga mengaku mengandalkan aplikasi Safe Travel yang dibuat oleh Kementerian Luar Negeri Indonesia.

Menurutnya, aplikasi tersebut sangat membantu terlebih di masa-masa sulit seperti sekarang untuk turis asal Indonesia.

Baca juga: Kisah Dua Pelancong WNI yang Terjebak di Nepal Sebulan Lebih karena Lockdown

Lebih lanjut, Ezta mengatakan bahwa ketika sedang berwisata dan mengalami masalah, WNI dapat langsung menghubungi kedutaan atau duta besar yang tersedia melalui aplikasi tersebut.

“Kedutaan juga menginformasikan kepada setiap WNI yang ada di luar negeri untuk jangan khawatir menghubungi mereka, karena pasti akan dibantu,” katanya.

Ilustrasi Wisatawan Mancanegara di IndonesiaDokumentasi Biro Komunikasi Kemenparekraf Ilustrasi Wisatawan Mancanegara di Indonesia

Bagaimana cara Ezta sampai ke Meksiko?

Selang kurang lebih dua bulan berada di Quito, Ekuador, Ezta pun dihubungi oleh pihak KBRI Quito dan memfasilitasinya untuk terbang ke Meksiko dengan pesawat repatriasi.

“Jadi saya naik pesawat itu sebenarnya khusus untuk repatriasi orang-orang Meksiko yang ada di Quito. Jadi kalau saya tidak melobi orang KBRI itu tidak akan terjadi saya bisa ke Meksiko,” kenangnya.

Tiba di Meksiko, masalah pun kembali didapat Ezta kala semua hotel atau penginapan tutup karena kebijakan lockdown yang diterapkan pemerintah.

Lagi-lagi, dirinya dibantu oleh pihak KBRI Quito untuk melobi KBRI Meksiko terkait tempat menginap.

“Ya, hasilnya saya diizinkan untuk tinggal di wisma KBRI Meksiko hingga sekarang. Saya rencana kan sembilan hari di sini. Mulai dari 12 Mei sampai 21 Mei lalu terbang ke Vancouver untuk menuju Jakarta,” ujarnya.

Baca juga: Bagaimana Tren Wisatawan Setelah Pandemi Corona Berakhir?

Ia pun mensyukuri bahwa setiap perjalanan pasti selalu ada bantuan jika mau berusaha.

Ia sekali lagi mengimbau kepada wisatawan yang masih ada di luar negeri untuk dapat selalu memperbarui keadaannya kepada pihak kedutaan besar setempat.

Selain itu, tidak lupa juga untuk mengunduh aplikasi Safe Travel karena akan sangat berguna untuk mengontrol keberadaan wisatawan di luar negeri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com