Salah satu catatan paling awal soal durian di nusantara terdapat di Candi Borobudur.
Di permukaan batu candi yang dibangun pada 775-820 masehi ini, terdapat relief yang menggambarkan pohon durian yang sedang berbuah.
“Ada pada beberapa relief, salah satunya di relief cerita Avadhana panel 110,” ujar Louie Buana, Tim Ahli Penyusun Narasi Legenda Borobudur Universitas Gadjah Mada pada Kompas.com, Jumat (27/3/2020).
“Relief durian di Candi Borobudur ditemukan dalam bentuk bergerombol pada bagian latar belakang relief sebagai pelengkap adegan. Bentuknya cukup jelas menggambarkan ciri-ciri utama durian yang berduri,” lanjutnya.
Baca juga: 10 Jenis Durian yang Terkenal di Indonesia
Dalam satu bingkai yang sama, terdapat juga gambaran 11 wanita kerajaan, menunjukkan pentingnya keberadaan durian di masa itu.
Buah durian ditunjukan mendapat tempat terhormat di pekarangan istana kerajaan.
Adanya relief ini menunjukkan buah durian telah dikenal sejak ribuan tahun lalu di nusantara.
Menurut Louie, relief ini kemungkinan besar digambarkan sebagai upaya untuk menunjukkan kekayaan alam Nusantara pada masa itu.
“Borobudur adalah monumen yang memanfaatkan bentuk visual sebagai media storytelling, sehingga tak heran jika kemudian ragam fauna dan flora khas Indonesia pun juga disertakan padanya,” jelas Louie.
Baca juga: Tren Durian Terus Berubah, Indonesia Selalu Ketinggalan Malaysia
Tak ada makna khusus terkait penampakan pohon durian di relief Candi Borobudur selain sebagai pelengkap latar yang menunjukkan kekayaan dan kesuburan alam Jawa pada saat itu.
Menurutnya, durian memang merupakan tanaman asli Kepulauan Nusantara. Nama durian sendiri sudah disebutkan dalam kitab Kakawin Ramayana tahun 870 Masehi yang ditulis oleh para pujangga.