Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Prediksi Tren Staycation, Bagaimana Tanggapan Asosiasi Hotel?

Kompas.com - 30/05/2020, 10:40 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Kahfi Dirga Cahya

Tim Redaksi

 

Penyeragaman izin

Namun, Maulana juga tak memungkiristaycation bisa saja dilakukan di luar kota, jika pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sudah terjadi.

Oleh sebab itu, jika staycation juga dapat dilakukan di luar kota, sebaiknya pemerintah melakukan penyeragaman persyaratan administrasi yang mengatur orang keluar masuk setiap daerah.

Penyeragaman administrasi yang dimaksud adalah dengan membuat satu persyaratan yang sama dari pusat terkait surat izin keluar masuk daerah.

Hal ini justru akan mempermudah setiap wisatawan nusantara yang ingin staycation luar kota.

"Proses untuk mendapatkan surat izin keluar masuk daerah itu kan harusnya sekali urus saja," kata Maulana.

"Sementara yang harus diperbarui terus adalah hasil laboratorium test Covid-19 jika sudah kadaluarsa. Jadi orang enggak rumit mengurus itu, karena sekarang kita tahu setiap orang mau pergi itu harus mengurus semuanya, bikin surat lagi dan sebagainya," jelas Maulana.

Baca juga: Sabtu Rebahan di Bandung, Staycation di 5 Glamping Bernuansa Alam

Dengan adanya penyeragaman surat izin keluar masuk yang dikeluarkan oleh pusat, maka otomatis akan membantu sektor industri bisnis pariwisata dalam hal staycation.

"Jadi saya kira harusnya nasional yang membuat, jangan setiap daerah membuat. Ini justru akan mempersulit traveler, baik dia mau tujuan bisnis, leisure, atau alasan apapun," ungkapnya.

Ia pun mengusulkan surat izin tersebut dapat dibuat semacam paspor di mana ada masa kadaluarsa jangka panjang, misalnya enam bulan hingga satu tahun.

Untuk itu, ia berharap pemerintah dalam hal ini Kementerian Perhubungan juga menyoroti masalah tersebut agar dapat memudahkan wisatawan atau orang yang ingin melakukan staycation.

"Jadi wisatawan gak harus selalu buat surat izin dan sebagainya setiap dia mau pergi ke luar kota. Wisatawan hanya perlu memperbarui tes kesehatan mereka pada saat mau pergi, itu saja yang diperbarui saya kira," ujarnya.

Siap sambut tren staycation

Maulana menyatakan PHRI siap apabila tren pariwisata akan berubah ke arah staycation di masa new normal.

"Kami sudah siap untuk antisipasi new normal itu, karena kasihan juga karyawan kami kalau seandainya tutup terus. Jadi kami siap tapi kebijakan pemerintah saat ini akan seperti apa, mana yang sudah bisa kita jalankan," pungkasnya.

Pendapat senada juga dikatakan oleh Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA), Arya Pering, mengatakan siap apabila tren pariwisata bergeser ke arah staycation.

Arya lebih dulu menjelaskan dasar-dasar bagaimana timnya dapat bertahan di masa pandemi.

Menurutnya, IHGMA menerapkan psikologi kapital yang kuat yaitu HERO yang diambil dari teori Fred Luthans.

"HERO itu H nya Hope, E nya Efficacy, R Resilience, dan O Optimism. Apa yang harus kita lakukan di sini supaya bisa punya daya tahan ketika menghadapi sesuatu," kata Arya saat dihubungi Kompas.com, Jumat.

Baca juga: Sabtu Rebahan di Lombok, Staycation di 5 Penginapan ala Rumah Sasak

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com