Di Eropa pada abad pertengahan, tepatnya pada abad ke-13 hingga ke-15, buku-buku masak mulai terbit. Salah satunya adalah Forme of Curry (1390).
Fadly menuturkan bahwa sebagian besar isi buku masak tersebut menggunakan bahan rempah seperti cengkeh, pala, dan kayu manis.
“Pada saat itu ada kepercayaan bahwa rempah-rempah mampu mentransformasi citarasa kuliner di Eropa. Pada masa-masa sebelumnya, kuliner abad pertengahan dikenal seram karena tidak memiliki selera,” tutur Fadly.
Sejak saat itu, muncul sebuah obsesi di kalangan masyarakat Eropa untuk melacak di mana letak kepulauan rempah-rempah.
Namun sebelum itu, masyarakat India, China, dan Arab sudah lebih dulu menelusuri jejak kepulauan rempah-rempah.
“Melihat catatan orang Eropa bernama Marco Polo, dia mengatakan bahwa negeri Jawa ini kaya akan komoditas seperti lada, pala, narwastu (spikenard), laos, cengkeh. Semua ada di Jawa,” kata Fadly.
“Namun saat itu Marco Polo dan orang-orang Eropa tidak tahu bahwa Jawa hanyalah pelabuhan saja. Sementara pusatnya (rempah) nanti ada di Maluku, yang nantinya diketahui oleh orang Eropa pada masa kemudian,” imbuhnya.
Baca juga: Sejarah Pala, Rempah dengan Kisah Penuh Darah
Selain catatan Marco Polo dalam buku The Travels of Marco Polo (1953), ada juga catatan dari Tome Pires dalam buku The Suma Oriental.
Pires mengatakan bahwa pada abad ke-15, dia diberi kabar oleh para pedagang Melayu yang memberitahu kepada orang-orang Eropa termasuk dirinya bahwa rempah-rempah berada di kawasan timur Indonesia.
“Artinya memang sudah terlihat adanya pelacakkan rempah-rempah oleh orang Eropa pada peralihan abad ke-15 ke abad ke-16,” kata Fadly.
Fadly menuturkan bahwa rempah merupakan bagian dari sebuah peredaran global. Sebab, terjadi juga pertukaran bahan makanan pada abad rempah.
Apa yang diterima dan dikeluarkan Indonesia dari dan ke berbagai benua di dunia merupakan pengaruh dari abad tersebut.
Selain rempah luar negeri yang masuk ke Indonesia, ada juga pengaruh pangan yang terjadi dalam abad rempah.
“Pengaruh pangan dari China juga jangan dilupakan. Pada abad rempah juga ada kedelai, bawang putih, pacar cina, ubi cina, kucai, dan lokio,” kata Fadly.
Selain yang sudah Fadly sebutkan, ada juga adas cina, baru cina, buluh cina (sejenis bambu), gadung cina (sejenis ubi), dan kacang cina (nama lain kacang tanah).
Kemudian lada cina, lobak, sawi cina, caisim (sejenis kubis), kailan, lengkeng, lici, dan cincau.
Sementara dari Eropa, pengaruh pangan terlihat dari pengenalan jagung, ubi kayu, terong, nanas, waluh, labu, bit, wortel, seledri, selada, dan kentang.
“Dibawa dari Eropa oleh para pelaut Spanyol dan Portugis pada abad ke-16 dan ke-17. Artinya tanaman-tanaman ini berhasil ditanam di Nusantara,” kata Fadly.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.