Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masuk Era New Normal, Apa Kabar Pelaku Usaha Wisata di Sumbar?

Kompas.com - 09/06/2020, 14:50 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Kahfi Dirga Cahya

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Sumatera Barat dinilai menjadi salah satu daerah yang siap membuka dan menyambut new normal pariwisata.

Hal tersebut dinilai dari kesiapan panduan Standar Operasional Prosedural (SOP) yang sudah disusun. Satu daerah di Sumbar juga sudah membuka pariwisatanya yaitu Bukittinggi.

Kepala Dinas Pariwisata Sumbar Novrial mengungkapkan protokol new normal pariwisata dapat dijadikan panduan bagi kabupaten/kota di Sumbar setelah masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) berakhir.

"Karena mau tidak mau, setelah PSBB (kabupaten/kota di Sumbar) habis, maka masuk normal baru, sehingga perlu panduan sop new normal untuk pariwisata," ujar Novrial saat dihubungi Kompas.com, Selasa (2/5/2020).

Baca juga: Sumatera Barat Bikin Panduan Protokol New Normal Pariwisata, Apa Saja?

Protokol new normal tersebut, lanjut Novrial, sesuai dengan kaidah program cleanliness, healthy dan safety (CHS). Plus, peraturan daerah (perda) wisata halal yang dimiliki Sumbar.

Lantas bagaimana kondisi terkini dan tanggapan dari para pelaku wisata di Sumbar terkait penyambutan New Normal Pariwisata?

Ilustrasi Nasi Kapau khas Bukittinggi. SHUTTERSTOCK/ALJOFOTO Ilustrasi Nasi Kapau khas Bukittinggi.

Pada Kamis (4/6/2020), Ikatan Cendekiawan Muslim Se-Indonesia (ICMI) mengadakan webinar bertajuk "Kesiapan Sumbar Menghadapi Covid-19 Pasca PSBB 3".

Hadir pula para pelaku usaha dari sektor pariwisata seperti industri restoran dan travel agent.

Restoran di Sumbar terapkan protokol kesehatan

Darma Syarullah, pengusaha atau pemilik Rumah Makan Silungkang mengatakan, restorannya sudah menerapkan aturan atau protokol kesehatan sesuai standar pemerintah.

"Seperti misalnya protokoler untuk pelanggan, kami wajibkan cuci tangan sebelum masuk, cek suhu tubuh sebelum masuk, physical distancing, pengaturan jarak duduk untuk menunggu makanan," terang Darma.

"Kami juga lakukan take away dan tak membolehkan makan di tempat," lanjutnya.

Sementara itu, untuk protokoler wajib bagi karyawan, seperti mengenakan masker, faceshield, sarung tangan, dan melakukan penyemprotan di area rumah makan secara berkala tiap harinya.

Selain itu, untuk menyambut new normal, ia berharap pemerintah tetap memberikan bantuan bagi para pelaku UMKM, seperti membeli produk hasil UMKM, memberikan keringanan beban pengusaha yaitu pajak restoran dan lainnya.

"Kami ini sudah tidak buka dari 27 Maret sampai 15 Mei, pajak pendapatan itu 0," kata Darma.

"Karena namanya pengusaha itu sebagai yang memungut, tapi kewajiban yang tetap berjalan itu seperti listrik, dan BPJS. Alhamdulillahnya kami tidak ada yang mem-PHK karyawan," tambahnya.

Tebing-tebing di Ngarai Sianok. SHUTTERSTOCK/M RIZAL PURNAWAN Tebing-tebing di Ngarai Sianok.

Kondisi pelaku agen perjalanan Sumatera Barat terkini, beralih ke pekerjaan lainnya

Selain industri restoran, pariwisata juga bergerak pada bidang utamanya yaitu industri perjalanan wisata.

Ian Hanafiah, pemilik Ero Tour sekaligus Ketua ASITA Sumbar menjelaskan, kondisi saat ini para pelaku usaha wisata entah dari Ero Tour dan ASITA, semua banyak beralih ke pekerjaan lainnya.

Baca juga: Dispar Sumbar Simulasikan Kunjungan Wisatawan Era New Normal

Kendati demikian, ia menegaskan bahwa ketika semua kondisi berjalan normal, para pelaku wisata tersebut akan dipanggil kembali olehnya.

"Karyawan memaklumi, kita akan panggil kembali begitu kondisi normal. Kita sudah melihat SOP yang dibuat Provinsi, dan kita saat ini sedang bagaimana implementasinya di destinasi," kata Ian.

Lanjutnya, ketika implementasi tersebut berjalan dengan baik, maka akan diteruskan untuk mengabarkannya keluar bahwa pariwisata Sumbar sudah siap melayani wisatawan sesuai SOP kesehatan.

Selain itu, Ian mengatakan, pariwisata mengedepankan keyakinan orang untuk berwisata. Oleh karena itu, ia mengungkapkan, wisatawan yang akan disasar terlebih dahulu adalah wisatawan nusantara.

"Saya harap ketika semua daerah di Indonesia ini sudah menyatakan aman untuk bepergian, orang akan senantiasa pasti berkunjung. Kami sudah tahu orang-orang itu sudah bosan di rumah, dan begitu aman, mereka akan bepergian dan berwisata. Ini peluang kita," jelasnya.

Ilustrasi Tambang Kuno Batubara Ombilin Sawahlunto, Sumatera Barat.Dokumentasi Biro Komunikasi Kemenparekraf Ilustrasi Tambang Kuno Batubara Ombilin Sawahlunto, Sumatera Barat.

Travel agent minta kemudahan untuk wisatawan

Satu hal yang menjadi permasalahannya adalah orang kesulitan bepergian lantaran dokumen yang begitu rumit sebagai syarat.

"Misalnya bayar swab, rapid test dan lainnya. Itu menimbulkan biaya yang sangat tinggi akhirnya orang berpikir bahwa wisata itu adalah nomor sekian. Jadi orang berwisata nanti dulu lah, itu berat," tambahnya.

Baca juga: Pemprov Sumbar Minta Daerah Siapkan Protokol Wisata Era New Normal

Ia pun sudah membicarakan terkait hal ini kepada gubernur Sumatera Barat. Menurutnya, gubernur bersemangat memfasilitasi wisatawan terkait rapid test, swab dan lainnya.

Lebih lanjut Ian menerangkan, jika ini benar terjadi, maka pihaknya akan melapor ke ASITA pusat dan melaporkan kepada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif agar dapat memfasilitasi kemudahan berwisata.

"Kalau memang benar ingin menggerakkan pariwisata ya itu harus dilakukan. Orang berwisata akan difasilitasi misalnya swab harga khusus. Artinya prosedur itu dipermudah khusus bagi orang yang ingin berwisata, tidak untuk semua orang," ujarnya.

Hal ini dikatakan Ian hanya khusus wisatawan, karena menurutnya, orang bepergian dengan alasan bisnis, seberapa pun tinggi harga tiket, pasti akan dijalankan.

"Karena dia target bisnisnya ada. Tapi kalau berwisata, orang mau berwisata harus ribet, bayar ini bayar itu, dia pasti akan kesampingkan berwisata itu," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com