Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selain Gurun Pasir Telaga Biru, Bintan akan Kembangkan Desa Wisata

Kompas.com - 10/06/2020, 22:07 WIB
Nabilla Ramadhian,
Ni Luh Made Pertiwi F.

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Desa Wisata Busung merupakan salah satu wisata berbasis masyarakat di Bintan, Kepulauan Riau.

Tempat wisata ini terkenal akan keindahan Gurun Pasir Telaga Biru. Dulunya, kawasan ini merupakan bekas penambangan pasir.

Cekungan bekas galian tersebut kini terisi air hujan yang kemudian dikelola menjadi tempat wisata oleh masyarakat setempat.

Ternyata, Desa Wisata Busung hanyalah satu dari beberapa wisata berbasis masyarakat yang masih perlu dikembangkan.

Baca juga: Menyusuri Keindahan Pantai Trikora Bintan

Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Bintan, Wan Rudy Iskandar, menuturkan bahwa potensi pariwisata berbasis masyarakat di Bintan terbilang cukup besar.

“Kami punya potensi yang luar biasa. Ada Gurun Pasir Telaga Biru, pengembangan mikro di desa-desa wisata kita yang ada di Pengudang,” kata Rudy dalam sesi webinar bersama Indonesian Ecotourism Network (Indecon) berjudul “Usaha Pariwisata Berbasis Masyarakat di Bintan dalam Menghadapi Kondisi New Normal”, Selasa (9/6/2020).

Pandemi virus corona (Covid-19) membuat mereka lebih berfokus dalam tahap pengembangan lebih lanjut agar siap menghadapi era new normal.

Rudy menuturkan, jika pergerakan pariwisata sudah memungkinkan, pasar pariwisata berbasis masyarakat akan lebih difokuskan pada area sekitar Kepulauan Riau.

Pelatihan dan promosi

Ketua Asita Tanjungpinang dan Bintan, Sapril Sembiring, menuturkan bahwa beberapa hal yang harus dilakukan guna memajukan pariwisata berbasis masyarakat tersebut adalah adanya pelatihan bagi masyarakat.

Baca juga: Ada Apa di Kolam Air Laut Pulau Bintan?

Adapun pelatihan yang dimaksud antara lain adalah kampanye sadar wisata yang harus dilakukan secara konsisten, membuat video promosi, vlogging, serta teknik pemasaran digital.

Sapril mengatakan bahwa wisatawan yang datang ke Desa Wisata Busung, biasanya hanya berkunjung selama satu sampai dua jam saja. Padahal, lanjutnya, tempat tersebut memiliki potensi wisata yang menarik.

“Perlu ditingkatkan, ada homestay. Di sini kurang optimal. Bisa dieksplor lagi kawasan untuk dikembangkan ekonomi masyarakat yang lebih besar,” tutur Sapril.

Baca juga: Menikmati Danau Biru, Oase di Tengah Gunung Pasir Bintan

Sapril berpendapat bahwa agar pariwisata berbasis masyarakat dilirik wisatawan, pihak pengelola harus mampu mempromosikan pariwisata yang menyenangkan.

Pariwisata yang menyenangkan, lanjutnya, bisa dicapai jika protokol kesehatan segera dibuat agar bisa membuka kembali lapangan pekerjaan, serta mengurangi dampak yang dirasakan oleh pelaku usaha kecil menengah.

Wisatawan berpose di ornamen buatan yang disediakan pengelola di Gurun Telaga Biru Bintan, Kepulauan Riau, belum lama ini.KOMPAS.com/IKA FITRIANA Wisatawan berpose di ornamen buatan yang disediakan pengelola di Gurun Telaga Biru Bintan, Kepulauan Riau, belum lama ini.

Founder dan Director Indecon, Ary Suhandi, menuturkan bahwa pengembangan pariwisata di desa tidak hanya memikirkan sisi ekonomi saja, tetapi juga ketahanan.

Menurutnya, pariwisata adalah bisnis yang tentunya memiliki risiko. Guna mengantisipasi risiko pariwisata terkait faktor eksternal, fokus masyarakat tidak perlu 100 persen pada pariwisata.

Jika faktor eksternal melanda, masyarakat masih bisa bertahan melalui sektor lain seperti pertanian, perikanan, atau ekonomi kreatif.

Displin pada protokol kesehatan

Ary menuturkan bahwa masyarakat bisa menyusun protokol sendiri guna membangun kepercayaan bagi calon wisatawan agar mereka tidak takut berkunjung ke Bintan.

Salah satunya adalah seputar kebersihan yang disosialisasikan bagi penggiat pariwisata berbasis masyarakat, maupun bagi pengunjung.

Untuk kebersihan seperti rajin cuci tangan, masyarakat bisa manfaatkan kegiatan tadah air hujan. Terlebih bagi mereka yang tinggal di daerah sulit air.

“(Ada juga aturan) tidak boleh menyentuh atau memberi makan satwa liar. Covid-19 berawal dari satwa liar, berpotensi menularkan. Tapi di sisi lain (menyentuh atau memberi makan) akan merubah perilaku satwa,” kata Ary.

Baca juga: Bintan Perkuat Posisi sebagai Destinasi Sport Tourism Kelas Dunia

Selanjutnya, untuk penggunaan masker, penting bagi masyarakat untuk menekankan terkait sampah medis dalam penyusunan protokol.

Masker dan sarung tangan yang sudah digunakan harus dibuang ke tempat pembuangan sampah khusus, dan dilakukan proses insinerasi.

Insinerasi merupakan proses pembakaran sampah yang panasnya bisa dimanfaatkan sebagai energi pembangkit listrik.

“Persiapkan baik-baik, maju secara bertahap. Siapkan bahwa masyarakat betul-betul menerima bahwa pariwisata akan dibuka. Baik tamu atau masyarakat mendukung kegiatan terbukanya kembali pariwisata di Bintan,” tutur Ary.

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Bintan, drg Euis Herawati, menuturkan, hal yang paling berat dalam melanjutkan kembali pariwisata adalah kondisi “Aman Covid-19”.

Baca juga: Menjelajahi Indahnya Kehidupan Bawah Laut di Pulau Bintan

Jika sudah memiliki protokol kesehatan, masalah utama dalam menjalankannya adalah komitmen pelaku pariwisata berbasis masyarakat untuk terus melaksanakannya.

“Ini kerja keras kami dengan Dinas Pariwisata. Bantulah kami, jadilah pelaku dalam upaya pemutusan mata rantai Covid-19 dalam rangka mendukung Aman Covid-19 bagi pariwisata di Bintan,” tutur Euis.

Menurutnya, perubahan perilaku dan beradaptasi untuk hidup lebih bersih dan sehat mampu membuat pariwisata di Bintan segera bangkit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com