JAKARTA, KOMPAS.com – Pandemi global virus corona (Covid-19) membuat sebagian besar tempat wisata ditutup berbulan-bulan lamanya, termasuk museum.
Dirjen Kebudayaan Kemendikbud, Hilmar Farid, menuturkan bahwa pandemi memberi dampak yang sangat serius bagi museum di dunia.
“Ada survei dari UNESCO, memang lebih dari 90.000 museum di dunia, 90 persen tutup karena pandemi. Sekitar 10 persen dari 90.000 sudah menyatakan tidak akan buka lagi,” kata Hilmar dalam webinar bertajuk “Prospect of Reopening of Museums in the New Normal”, Rabu (8/7/2020).
Baca juga: Cerita Kesulitan Museum Terapkan Protokol Kesehatan New Normal
Menurutnya, pandemi memberi dampak yang sangat signifikan terhadap museum-museum yang mengandalkan pendapatan publik.
Tidak adanya pemasukan membuat mereka terpaksa menutup operasional. Namun, Hilmar menuturkan, sebagian yang masih beroperasi sudah mengambil langkah antisipasi melalui teknologi digital.
Menurutnya, teknologi digital membantu museum melakukan inovasi dalam pelayananannya. Tidak hanya untuk mengelola data, juga menampilkan koleksi museum kepada masyarakat luas.
“Pameran daring sudah sering dilakukan. Sekarang tantangannya memikirkan bentuk-bentuk penyajian koleksi yang lebih interaktif,” ujar Hilmar.
Program digital yang menarik
Perwakilan dari Museum Nasional, Dyah Sulistiyani, menuturkan, selama pandemi pihaknya beralih ke digital untuk tetap menghibur masyarakat yang rindu dengan museum.
“Program bersifat online seperti tantangan untuk bikin pameran dari rumah. Tantangan membuat infografis koleksi museum,” kata Dyah dalam kesempatan yang sama.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.