Risih
Persoalan lain yang juga dikeluhkan karena kunjungan wisatawan adalah tersebarnya foto-foto wilayah Baduy dalam di internet.
Hal ini disampaikan oleh Heru Nugroho yang ditunjuk oleh Lembaga Adat Baduy sebagai jembatan dengan pemerintah.
Seperti diketahui, Baduy Dalam adalah kawasan yang sakral dan pendatang dilarang untuk mengambil foto. Tersebarnya foto-foto mereka di internet pun membuat risih.
"Membanjirnya wisatawan yang tujuannya enggak jelas, cuma nontonin orang Baduy, sebenarnya membuat mereka risih. Belum lagi masalah sampah dan lain-lain," kata Heru.
Baca juga: Seba Baduy, Tradisi Ratusan Tahun Masyarakat Baduy Syukuri Hasil Bumi
Respon kepala desa hingga bupati
Permintaan penghapusan Baduy dalam peta kawasan wisata mendapat respon dari berbagai pihak terkait, seperti Kepala Desa Kanekes hingga Bupati Lebak.
Kepala Desa Kanekes, Jaro Saija, mengungkapkan baru mengetahui surat tersebut setelah membaca pemberitaan di media pada Senin (6/7/2020).
"Saya tidak tahu, tidak diberitahu kalau ada pertemuan seperti itu. Saat ini lagi mencari tahu siapa yang kirim surat tersebut," kata Saija saat dihubungi Kompas.com, Selasa (7/7/2020).
Adapun saat ini kawasan wisata Baduy tengah ditutup dari kunjungan wisatawan. Namun, penutupan tersebut hanya sementara pada saat pandemi Covid-19.
Saija memastikan bahwa penutupan kawasan tersebut tidak permanen.
Baca juga: Jangan Sembarangan Foto di Baduy dan Aturan Adat Lainnya
Sementara itu, Bupati Iti yang sudah mengetahui permintaan tersebutdari media sosial mengatakan perlu melakukan pertemuan dengan tokoh Baduy.
Ia juga akan memastikan surat dibuat melalui persetujuan tiga wilayah Baduy--Cibeo, Cikeusik dan Cikertawana. Oleh karena itu, hingga kini pihaknya belum bisa mengambil keputusan terkait surat tersebut.
Sementara itu, Komisi IV DPR setuju jika menghapus wilayah suku Baduy dari peta kawasan wisata. Adapun Komisi IV DPR RI membidangi masalah lingkungan.
Komisi IV juga meminta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk menambah areal hutan untuk suku Baduy sehingga mereka bisa menjaga lingkungan dengan baik.
"Ketika hari ini masyarakat Baduy minta tak ada kunjungan dan dicabut dari peta wisata, kami sangat setuju. Kami juga minta Presiden menutup Baduy dari destinasi wisata," kata Dedi kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Rabu (8/7/2020).
"Biarkan Baduy menjadi peradaban guru kita bersama dalam menjaga lingkungan," lanjutnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.