Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pendaki Harus Paham Manajemen Survival Mendaki Gunung, Apa Itu?

Kompas.com - 30/07/2020, 11:15 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Kahfi Dirga Cahya

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Mendaki gunung merupakan salah satu pilihan orang untuk menikmati wisata alam.

Agar mendapatkan kenyamanan dan keamanan ketika mendaki gunung, pendaki wajib menerapkan manajemen survival.

Hal ini diungkapkan Siswo Putranto Santoso, dokter Rumah Sakit Umum Adhyaksa, Ceger, Jakarta Timur yang kerap berjuluk Dokter Gunung Indonesia.

Baca juga: Tips Naik Gunung, Kenali Gejala dan Cara Atasi Hipotermia

Lantas apa itu manajemen survival pendakian gunung?

"Manajemen survival (gunung) ini kerap disalah artikan sebagai survival atau hidup apa adanya. Ini salah," kata Siswo saat dihubungi Kompas.com, Rabu (29/7/2020).

"Survival itu adalah me-manage otak, perlengkapan, dan hati nurani," lanjutnya.

Baca juga: Jangan Nekat Naik Gunung, Ini 4 Panduan jika Lama Tidak Mendaki

Pendaki Gunung Pakuwaja berfoto dengan latar belakang Batu Paku Jawa di Gunung Pakuwaja.KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA Pendaki Gunung Pakuwaja berfoto dengan latar belakang Batu Paku Jawa di Gunung Pakuwaja.

  • Melebihkan persediaan makanan

Menurutnya, mengelola manajamen survival dapat dimulai sebelum pendakian, seperti melebihkan persediaan makanan.

"Misalnya saya pergi naik gunung itu tiga hari, saya selalu lebihkan makanan saya untuk dua hari. Memang berat benar, tapi kan saya gak mau nyawa saya seringan makanan saya," ujarnya.

Jika terlalu berat karena bahan makanan yang lebih banyak, cukup berhenti sejenak dan beristirahat.

"Tapi kan anak-anak sekarang sering banget itu ketika lihat puncak sudah dikit lagi, lalu memaksakan diri. Bahkan alat-alatnya ditinggalin di satu tempat untuk memperingan tubuhnya," tambahnya.

Baca juga: 3 Tips Aman Naik Gunung, Paham Jalur Naik dan Turun

 

Lanskap Ranu Kumbolo, Gunung Semeru, Lumajang, Jawa Timur, Kamis (19/9/2019). Ranu Kumbolo menjadi sumber air bersih bagi pendaki Gunung Semeru.KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO Lanskap Ranu Kumbolo, Gunung Semeru, Lumajang, Jawa Timur, Kamis (19/9/2019). Ranu Kumbolo menjadi sumber air bersih bagi pendaki Gunung Semeru.

  • Siapkan pengetahuan

Selain itu, menurutnya mendaki gunung memerlukan kerja otak, kesiapan perlengkapan, dan hati nurani yang siap.

Pertama, pendaki wajib mengetahui seberapa banyak pengetahuan atau informasi yang ada di otak kita terkait wisata gunung atau bagaimana cara mendaki.

Pengetahuan tersebut, lanjutnya, berguna untuk mengatasi kesulitan yang bisa terjadi di medan pendakian.

"Jadi ya kalau belum pernah naik gunung, berlatihlah tentang gunung itu sendiri. Misalnya bagaimana jika kita kehabisan bahan makanan, tumbuhan apa yang bisa dimakan, bagaimana cara mengumpulkan dan mencari air, bagaimana menyalakan api," ujarnya.

  • Siapkan perlengkapan

Kemudian soal perlengkapan, ia mengatakan, hal ini berguna untuk menunjang hidup atau keselamatan selama pendakian.

Oleh karena itu, pendaki wajib tahu soal perlengkapan mendaki gunung mulai dari tas yang cocok untuk naik gunung, sepatu, pakaian, hingga alat masak.

Baca juga: 4 Jalur Pendakian Gunung Lawu, Kamu Biasa Pilih yang Mana?

  • Siapkan mental

Terakhir mengenai hati nurani. Menurutnya, hati nurani ini merupakan penyemangat hidup yang bisa membangkitkan seseorang apabila tersasar untuk tetap semangat mencari jalan keluar dan bertahan hidup.

"Hati, seberapa kuat spirit mentalmu untuk tetap bertahan hidup dalam keadaan paling minim," terangnya.

Bertahan hidup yang dimaksud, kata dia, caranya dengan mengandalkan kerja otak seperti mempraktekkan pengetahuan tentang wisata gunung.

Ia menyimpulkan, apabila terjadi masalah di gunung sebenarnya bukan suatu hal yang rumit dan dapat diatasi dengan cara mengolah otak, perlengkapan, dan hati nurani.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com