Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bakal Digandrungi, Wisata Alam di Kawasan Konservasi Punya Potensi Besar

Kompas.com - 06/08/2020, 16:06 WIB
Nabilla Ramadhian,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Tren wisata alam diprediksi akan digandrungi sebagian masyarakat selama era new normal atau adaptasi kebiasaan baru (AKB).

Menanggapi prediksi itu, Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Wiratno mengatakan, wisata alam bisa dilakukan di kawasan konservasi.

“Salah satu pemanfaatan dari kawasan konservasi ini adalah pengembangan ekowisata, wisata alam," kata Wiratno.

Pernyataan itu ia sampaikan dalam sesi webinar bertajuk Planet Tourism Indonesia 2020, Rabu (29/7/2020).

Baca juga: Sensasi Wisata Alam, Rafting di Sungai Elo Magelang

Wiratno melanjutkan, pihaknya punya 27,14 juta hektar kawasan konservasi, di mana sekitar 16 juta hektar adalah taman nasional di 54 lokasi. Ada pula lebih dari 100 taman wisata alam.

Menurut dia, wisata alam di kawasan konservasi memiliki potensi untuk makin berkembang karena Indonesia memiliki banyak obyek daya tarik wisata alam.

Berdasarkan data, Indonesia memiliki 102 gunung atau titik pendakian, 1.200 titik panorama alam, dan 274 gua.

“820 air terjun, dan 160 danau atau waduk, seperti Danau Towuti. Danau Matano juga hebat. Kemudian 51 titik wisata bahari,” kata Wiratno.

Baca juga: Miliki Risiko Penularan Covid-19 Rendah, Destinasi Wisata Alam Siap Dibuka Bertahap

Kendati memiliki potensi, Wiratno tidak menampik bahwa hanya 76 persen tempat wisata alam saja yang mudah dicapai.

Sementara itu, 24 persen lainnya masih sulit dicapai, sehingga menjadikannya sebagai wisata minat khusus.

Manfaatkan masyarakat lokal untuk mengelola tempat wisata

Dalam melakukan pengelolaan tempat wisata, masyarakat lokal harus turut andil agar mendapat manfaat dalam proses bisnis ekowisata.

Masyarakat setempat bisa difasilitasi untuk memiliki usaha dalam kawasan konservasi. Sebab, terdapat 6.201 desa di sekitar kawasan konservasi Indonesia.

“Tentu berkaitan dengan ekonomi karena hampir 6.000 desa di sekitar kawasan konservasi bergantung kehidupan. Misal di Rinjani, ada puluhan desa yang hidupnya bergantung pada ekowisata,” kata Wiratno.

Selanjutnya, masyarakat juga bisa dilibatkan dalam pembuatan paket wisata yang mencakup kegiatan di masyarakat.

Baca juga: Catat, 38 Obyek Wisata Alam Buka Kembali dengan Protokol Kesehatan

Selain pemanfaatan masyarakat lokal, pengembangan tempat wisata harus memperhatikan lingkungan dengan menggunakan material ramah lingkungan.

Budaya lokal pun bisa dijadikan sebagai daya tarik wisata. Untuk pengelolaan pengunjung, masyarakat setempat harus diberi edukasi tentang pengolahan sampah, pemesanan online, dan protokol kesehatan yang harus diikuti selama new normal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com