Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gunung Piramid Belum Jadi Daya Tarik Wisata, Diimbau Tidak Mendaki

Kompas.com - 11/08/2020, 08:30 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Kahfi Dirga Cahya

Tim Redaksi

 

Banyak pendaki ngeyel tetap lakukan pendakian

Diakui Arif, masih banyak orang yang melakukan aktivitas pendakian di Gunung Piramid. Para pendaki itu, kata dia, masuk melalui beberapa operator atau pemandu lokal yang telah membuka secara mandiri aktivitas wisata pendakian Piramid.

Setelah kejadian Thoriq tahun lalu, sebenarnya proses ketat pendakian Gunung Piramid telah dilaksanakan. Ia menerangkan, bahwa para pendaki diwajibkan melapor terlebih dahulu akan melakukan pendakian.

"Sudah banyak muncul di sekitar situ, warga lokal yang memang sudah tahu medan. Kemudian hafal dengan jalur, dan bisa memandu untuk naik," katanya.

Baca juga: Gunung Gulgulan, Gunung yang Tak Kalah Cantik dekat Gunung Piramid

Hanya saja, ia menyayangkan tetap ada beberapa orang yang nekat mendaki Gunung Piramid tanpa melapor terlebih dahulu.

Tak sarankan aktivitas pendakian di Gunung Piramid

Berkaca pada belum ditetapkannya Gunung Piramid sebagai DTW oleh Dinas Pariwisata maupun Perhutani, ia menyarankan dan mengingatkan agar para pendaki mengurungkan niat untuk mendaki puncak yang dikenal dengan sebutan Punggung Naga itu.

"Bila memang itu belum menjadi DTW resmi dari Pemerintah, kita sarankan untuk tidak melakukan pendakian di area-area yang berbahaya," tekan Arif.

Baca juga: 2 Pendaki Tewas di Gunung Piramid, Pendakian Diusulkan Ditutup

Untuk itu, ia lebih menyarankan agar masyarakat atau wisatawan dapat berwisata ke tempat-tempat wisata alam yang sudah dikelola oleh pemerintah daerah maupun pemerintah desa.

Menurutnya, tempat-tempat wisata di daerah Argopuro lainnya layak dikunjungi dan tidak berbahaya.

"Jadi tetap kami berpesan agar mereka tetap ikuti aturan. Agar semuanya bisa saling menjaga dan saling mengingatkan. Kaitannya dengan teman-teman pendaki, untuk tetap aware terhadap peralatan perlengkapan, kemudian tanda dan bahasa alam untuk disadari. Tetap berhati-hati untuk menikmati alam dengan tetap menghormati alam," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com