JAKARTA, KOMPAS.com – Sebentar lagi, hari kemerdekaan Indonesia tiba pada Senin (17/8/2020). Untuk merayakannya, kamu bisa berkunjung ke Museum Perumusan Naskah Proklamasi.
Museum itu sudah dibuka kembali pada era new normal sejak Selasa (16/6/2020) dengan menerapkan serangkaian protokol kesehatan pencegahan Covid-19.
Museum ini dulunya merupakan rumah Laksamana Maeda yang merupakan seorang Kepala Kantor Penghubung antara Angkatan Laut dengan Angkatan Darat Jepang.
Bangunan ini, pada Jumat (17/8/1945), dijadikan sebagai tempat merundingkan kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno, Mohammad Hatta, Ahmad Soebardjo, Sukarni, dan Burhanuddin Muhammad Diah.
Baca juga: Mengintip Tempat Perumusan Naskah Proklamasi Indonesia
Dilansir dari Kompas.com, Sabtu (19/8/2017), Soekarno menuliskan teks proklamasi dan Hatta mendiktekan kata-kata untuk naskah.
Usai teks proklamasi ditulis, Sayuti yang juga ada di sana bertugas untuk mengetik ulang naskah tersebut.
Jika ingin merasakan detik-detik penyusunan naskah proklamasi, museum yang ada di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) itu masih memiliki bentuk bangunan asli dan beberapa koleksi menarik lainnya.
Di lantai satu museum, pengunjung bisa melihat tiga patung lilin tiruan sosok Soekarno, Hatta, dan Soebardjo yang tengah mendiskusikan perumusan naskah proklamasi.
Ada juga replika naskah proklamasi dalam bentuk tulisan tangan Soekarno yang dibingkai kaca tebal. Replika tersebut dipajang di salah satu sudut dinding.
Baca juga: Bermacam Koleksi Unik hingga Bungker di Belakang Rumah Laksamana Maeda
Lalu, selain yang telah disebutkan, koleksi menarik apa saja yang bisa dilihat di Museum Perumusan Naskah Proklamasi?
1. Mesin tik milik perwira Nazi
Usai Soekarno menulis naskah proklamasi, teks harus diketik. Namun, di sana tidak ada mesin tik berhuruf latin, sehingga pembantu Laksamana Maeda, Satzuki Mishima, pergi ke kantor militer Jerman.
Setibanya di sana, Mishima bertemu perwira angkatan laut Nazi Jerman bernama Mayor Kandelar yang bersedia meminjamkan mesin tik.
Sejarah itu diungkapkan dalam buku 17-8-1945, Fakta, Drama, Misteri karya Hendri F Isnaeni terbitan Change (2015).
Saat ini, mesin tik milik perwira Nazi tersebut tersimpan di museum. Selama berkunjung, kamu bisa berswafoto ria dengan saksi bisu sejarah Indonesia tersebut.