KOMPAS.com – Tari kecak merupakan salah satu daya tarik wisata yang ada di kawasan Uluwatu, Bali.
Sebelum pandemi Covid-19, obyek wisata itu tidak pernah dilewatkan wisatawan saat berkunjung ke Bali. Mereka ingin menonton tari kecak sambil menikmati keindahan matahari terbenam di Samudera Hindia dari tebing karang Uluwatu.
Manager Pengelola Uluwatu I Wayan Wijana mengakui, jika tidak ada pertunjukan tari kecak, obyek wisata Uluwatu sangat sepi.
“Kami yakin dengan adanya tari kecak di era new normal, pariwisata Bali, khususnya Uluwatu akan tumbuh dan berkembang lagi,” ujar dia dilansir dari kemenparekraf.go.id, Minggu (23/8/2020).
Baca juga: Benarkah Pembukaan Pariwisata Bali untuk Turis Asing Ditunda?
Adapun, penyelenggaraan tari kecak di Uluwatu pada era new normal berbeda dari sebelum pandemi Covid-19. Ada beberapa penyesuaian, terkait penerapan protokol kesehatan.
Untuk penari, mereka yang tidak memakai topeng wajib memakai pelindung wajah atau masker. Jumlah penari juga dikurangi. Selain itu, koreografi tarian pun diatur untuk mendukung jaga jarak antarpenari.
Pengunjung juga wajib mematuhi protokol kesehatan, seperti memakai masker, rajin cuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer, dan menerapkan jaga jarak.
Pembayaran dengan QR Code
Sementara itu, wisata kawasan luar Pura Uluwatu telah resmi menerapkan pembayaran secara nontunai berbasis Quick Response (QR) code.
Menurut Direktur Pengembangan Destinasi Regional II Wawan Gunawan, pembayaran nontunai seperti itu lebih cepat, mudah, murah, dan aman, sehingga dapat meminimalkan kontak fisik saat new normal.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.