Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bali Sepi seperti Era 1970-an, Bagaimana Wisata di Bali Saat Itu?

Kompas.com - 31/08/2020, 17:30 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Kahfi Dirga Cahya

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Wabah pandemi telah berlangsung hampir enam bulan dan menyerang sektor pariwisata salah satunya destinasi wisata Bali.

Adanya era adaptasi kebiasaan baru (AKB) mengajak dunia pariwisata untuk bangkit bergerak kembali.

Bali pun telah membuka kembali pariwisatanya untuk wisatawan lokal dan wisatawan nusantara (wisnus) sejak 31 Juli 2020. Namun, kondisi pariwisata Bali justru masih terlihat sepi.

Laporan wisatawan yang sudah datang ke sana mengatakan, restoran dan hotel masih ada yang tutup. Begitu juga dengan tempat wisata dan hiburan malam.

Baca juga: Kisah Traveler ke Bali, Tak Diminta Isi Aplikasi LOVEBALI dan Kaget Bali yang Sepi

Menanggapi kondisi ini, Ketua Asita Bali I Ketut Ardana mengatakan, kondisi Bali saat ini seperti era 1970-an.

 

Sawah Indah di Ubud (Dok. Biro Komunikasi Publik Kemenparekraf)BIRO KOMUNIKASI PUBLIK KEMENPAREKRAF Sawah Indah di Ubud (Dok. Biro Komunikasi Publik Kemenparekraf)

Seperti apa Bali era 1970-an?

Ketut menjelaskan, pada era tersebut, dunia pariwisata Bali masih sepi. Hal ini karena Bali baru saja memulai pariwisatanya di era itu.

"Tahun '70-an, hotel belum banyak seperti sekarang. Fasilitas pariwisata juga belum seperti sekarang. Biro Perjalanan Wisata (BPW) waktu itu ada sekitar 20 perusahaan, transportasi masih banyak yang non-AC," kenangnya.

Baca juga: Cerita Wisatawan ke Bali, Menginap di Villa 9 Hari Cuma Bayar Rp 6,5 Juta

Bahkan, ia memiliki kenangan pada era tersebut ketika mengantar wisatawan mancanegara (wisman) asal Australia dan beberapa negara Eropa wisata ke Bali.

Kata dia, wisatawan waktu itu ia ajak pergi ke Bali dari Jawa menggunakan transportasi darat, yaitu bus non-AC.

"Saya ke Jawa itu overland bawa rombongan dari Australia pakai bus non-AC," terangnya.

Saat itu, ia mengajak serta para turis ke beberapa tempat wisata yang populer, seperti Kintamani, Besakih, Sangeh, Tanah Lot, Museum Bali, Museum Lukisan Ubud, dan lainnya.

 

Ilustrasi wisatawan mancanegara di Indonesia.Dokumentasi Biro Komunikasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Ilustrasi wisatawan mancanegara di Indonesia.

Ciri khas wisman di Bali, menginap minimal satu minggu

Karakter wisman yang ia bawa kala itu juga berbeda dari masa sekarang. Ia masih ingat betul bagaimana wisman menginap di Bali selama minimal satu minggu.

"Waktu itu orang Australia tinggal di Bali minimal satu minggu. Banyak juga yang di atas 10 hari," ujarnya.

Namun, menurut dia, saat ini wisman asal Australia lebih banyak menghabiskan waktu di Bali.

"Kalau sekarang sudah minimal mereka stay 10 hari ke atas," tambahnya.

Belum berharap banyak

Bali memang belum bisa berharap kondisi kembali seperti semula ketika ramainya wisatawan.

"Kondisinya masih pandemi, dan untuk wisman yang rencana dibuka 11 September sekarang diundur lagi sampai akhir tahun ini," kata Ketut saat dihubungi Kompas.com, Senin (31/8/2020).

Ia menambahkan, dibukanya pariwisata untuk wisnus juga belum dapat membuat Bali kembali ramai.

Menurut dia, hal ini karena adanya kecenderungan wisatawan yang masih melihat protokol kesehatan di Bali.

"Karena calon wisatawan pasti melihat juga kondisi Bali terkait protokol kesehatannya seperti apa," tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com