Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Museum Virtual Pertama di Dunia Segera Dibuka, Serasa Koleksi Pribadi

Kompas.com - 31/08/2020, 22:05 WIB
Khenzie Godeleova,
Kahfi Dirga Cahya

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Beberapa tempat wisata sudah mulai beroperasi kembali. Mereka berupa mengejar ganti rugi akibat kelumpuhan pendapatan selama masa pandemi Covid-19. 

Beragam strategi pemasaran dilakukan pengelola tempat wisata, seperti potongan harga tiket, promosi di online besar-besaran, dan lainnya.

Berangkat dari musibah yang menimpa seluruh dunia ini, ada satu museum yang akan buka dengan konsep virtual. 

Dilansir dari Lonely Planet, sebuah museum virtual pertama hadir di masa pandemi yang memaksa seluruh ruang publik untuk tutup.

Ide ini berasal dari institusi seni bernama brick-and-mortar yang berusaha keras memikirkan jalan keluar dari kelumpuhan ini. 

Baca juga: Old City 3D Art Museum Semarang, Wisata Selfie dengan Spot Instagramable

Institusi kesenian ini juga telah meluncurkan tur virtual untuk menyeimbangkan kerugian yang dialaminya.

Sekarang, terobosan baru hadir, yakni museum sepenuhnya menggunakan ruang digital, tepatnya dengan teknologi digital virtual.

VOMA atau Virtual Online Museum of Art akan dibuka pada 4 September 2020. Museum pertama dengan konsep interaktif virtual, mengembangkan karya-karya kontemporer dan klasik dari seluruh dunia.

Lee Cavaliere adalah pengelola semua koleksi yang akan ditampilkan dalam VOMA.

Baca juga: Yuk Lihat Karya Pelukis Hendra Gunawan di Pameran Virtual Ciputra Artpreneur

Akan ada sejumlah karya dari museum-museum ternama, diantaranya dari Museum Hermitage, Institusi Kesenian Chicago, Museum Seni Metropolitan New York.

Maha karya dari sejumlah seniman juga akan hadir seperti:

  • Olympia, karya Eduoard Manet yang dipamerkan di Musee d'Orsay, Paris
  • The Garden Of Earthly Delight, karya Hieronymus Bosch yang dipamerkan di Museo del Prado Madrid
  • Dan karya modern lainnya dari Nan Goldi, Kara Walker, Li Wei, dan sebagainya.

Matahari,hujan dan angin menjadi bagian fitur desain museumVOMA Matahari,hujan dan angin menjadi bagian fitur desain museum
Galeri-galeri

Di museum ini, akan ada beberapa galeri yang dihadirkan. Satu galeri akan berikan pameran yang mengekspolari hubungan antar manusia.

Sementara galeri lain menampilkan "Degrenerate Art Show" atau "Pertunjukan Seni yang Memburuk" karya ulang dari pameran Nazi di tahun 1937 yang mengecam karya seniman "merosot".

Max Beckmann dan Henri Matisse adalah seniman yang menunjukan bagaimana seni dipergunakan sebagai alat penindasan. 

Baca juga: Dieng Culture Festival 2020 Digelar Virtual, Ritual Cukur Rambut Gimbal Tetap Ada

Selain itu, ada juga Ruang Kesenian yang dibuat Kenya-Inggris Phoebee Boswell. Ruangan ini ditujukan sebagai bentuk penghormatan kepada seniman muda dan dirinya karena telah berinovatif dengan karya digital pertama mereka ini. 

Perpaduan seni dan teknologi digital

Para arsitek, perancang CGI, pemain game dan kurator berkolaborasi menyatukan seni dengan grafik komputer dan game interaktif. Hal ini yang akan menjadikan museum terasa hidup bagi para pengunjungnya nanti.

Karya-karya dipamerkan dengan resolusi tinggi dan antar karya dibuat saling berkesinambungan.

Pengunjung bisa berpindah dari satu ruangan ke ruangan lainnya secara bebas kapan pun dan kemana pun.

Baca juga: 3 Museum di Jambi Buka Kembali, Apa Saja?

Sepi, sunyi, kosong

Stuart Semple, selaku penata museum mengatakan, "tontonan virtual terasa seperti tempat sepi, sunyi, kosong, dan kadang terasa tidak nyaman." Hal ini yang menjadi tantangan besar dalam membangun VOMA.

"Dalam membangun dan mengelola Voma, kami ingin menghindari rasa tersebut, dimana tidak jauh beda dengan berjalan ke dalam ruang galeri yang arogan, sunyi dan sedikit rasa minder"

Stuart juga menambahkan, mereka ingin pengunjung merasa pameran ini menjadi ruang mereka.

Diharapkan pengunjung balik lagi ke museum virtual yang bisa diakses di voma.space ini. Entah karena memang menyukai program ini atau sekedar bersantai. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com