Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pegiat Alam Gunung Piramid Bondowoso Pertanyakan Kepastian Legalisasi Pendakian

Kompas.com - 07/09/2020, 14:15 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gunung Piramid sudah lama dikenal sebagai magnet pariwisata Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur. Namun, hingga kini magnet tersebut seolah menghilang.

Hal tersebut terjadi sejak adanya penutupan aktivitas pendakian akibat adanya insiden pendaki terjatuh dan meninggal.

Aktivitas pendakian ke Gunung Piramid sebenarnya memang belum boleh. Namun, warga atau pendaki bisa naik dengan bebas karena belum adanya pengelola, baik dari Pemerintah Kabupaten Bondowoso maupun Perhutani.

Salah satu pegiat alam di Gunung Piramid sekaligus pemandu gunung yaitu Pakabon mempertanyakan kapan kepastian peresmian pendakian Gunung Piramid sebagai wisata minat khusus.

Baca juga: Gunung Piramid dalam Ingatan Mereka yang Pernah Mendakinya...

Bukan tanpa alasan. Menurut dia, jika tidak ada kepastian peresmian wisata pendakian, nantinya makin banyak orang yang melakukan pendakian secara liar.

"Khawatir kayak tahun kemarin-kemarin itu ada pembiaran. Ini momen, kami khawatir kehilangan momen," kata Pakabon saat dihubungi Kompas.com, Senin (7/9/2020)

Dirinya berkaca pada Banyuwangi dengan Gunung Raung yang langsung ada aturan baku. Sementara itu, di Gunung Piramid sampai dua kali insiden, tetap aja tidak ada tindak lanjut.

Oleh karena itu, Pakabon berharap agar pendakian Gunung Piramid bisa segera dilegalkan.

Pakabon tengah memandu pendaki mancanegara di puncak Gunung Piramid, Bondowoso, Jawa Timur.Dokumentasi Pakabon Pakabon tengah memandu pendaki mancanegara di puncak Gunung Piramid, Bondowoso, Jawa Timur.

Lanjut dia, sebelum insiden kedua pendaki meninggal di Gunung Piramid, pihaknya sudah berdiskusi dengan KPH Perhutani Bondowoso.

Baca juga: Gunung Piramid Belum Jadi Daya Tarik Wisata, Diimbau Tidak Mendaki

Tak hanya itu, ia mengaku juga telah diundang oleh Dinas Pariwisata Bondowoso untuk berdiskusi terkait legalisasi pendakian Gunung Piramid.

"Tapi sampai sekarang kok gak ada geliat lagi, kayak adem lagi gitu, lho. Belum jelas. Enggak ada kepastian," ujar Pakabon.

Pemerintah seolah tutup mata akan legalisasi pendakian Gunung Piramid

Ia khawatir apabila hal ini terus menerus dibiarkan, bukan tidak mungkin akan banyak aktivitas pendakian liar.

Pemandangan Gunung Piramid di Bondowoso, Jawa Timur.Dokumentasi Pakabon Pemandangan Gunung Piramid di Bondowoso, Jawa Timur.

Bukan baru saat ini saja, ia bersama pegiat alam Gunung Piramid mengaku sudah menyuarakan perihal legalisasi sejak bulan Januari, tetapi hasilnya nihil.

Pakabon melanjutkan, apa yang terjadi saat ini sama dengan insiden pertama. Saat itu, gunung ditutup sementara, tetapi tidak ada tindak lanjut.

Baca juga: Syarat Gunung Piramid Jadi Daya Tarik Wisata Minat Khusus

"Lama-lama sudah mulai naik lagi, ramai-ramai lagi. Kami sudah koar-koar ini dari bulan Januari, tetapi kok pemerintah seolah tutup mata," ujar dia.

Pada pertemuan terakhir bersama dengan Perhutani dan Dinas Pariwisata Bondowoso, kata dia, para pegiat alam mengatakan sepakat untuk legalisasi pendakian.

Jelasnya, hasil kesepakatan tersebut hanya tinggal menunggu Surat Perjanjian Kerja Sama atau Memorandum of Understanding (MoU) antara Perhutani dan Dinas Pariwisata Bondowoso.

"Tapi kok ya itu tadi, kok adem lagi. Kami sudah minta kalau ini dilegalkan, pasti kan ada pengamanan yang ketat. Branding Piramid ini kan wisata minat khusus," imbuh Pakabon.

Baca juga: Cegah Ada Korban lagi, Gunung Piramid Ditutup, Perhutani Siapkan Penjaga

Ia melanjutkan, jalur pendakian Gunung Piramid memang salah satu yang berbahaya di Jawa. Meski begitu, saat ini hanya ada pengaman di beberapa titik rawan. Selain itu, jalurnya sangat panjang, yakni 1,5 kilometer.

Oleh karena itu, sambung Pakabon, legalisasi harus memiliki syarat dan ketentuan berlaku agar wisata pendakiannya tetap aman.

Ekstremnya jalur pendakian Gunung Piramid

Pendakian Gunung Piramid terbilang berbahaya, karena trek yang terjal dan terbilang cukup miring.

Kemiringannya pun hingga 90 derajat di punggungan terakhir menuju puncak. Jalur pendakian menuju puncak tidaklah mudah.

Selain miring, medannya pun cukup sulit. Jalur yang harus dilewati pendaki merupakan jalur setapak dengan trek bebatuan dan berpasir.

Keindahan alam di puncak Gunung Piramid, Bondowoso, Jawa Timur.Dokumentasi Pakabon Keindahan alam di puncak Gunung Piramid, Bondowoso, Jawa Timur.

Jika dari batas vegetasi jalur pendakian sangat sempit dan panjang. Tak hanya itu, pemandangan di kanan dan kiri berupa jurang curam.

Jika salah perhitungan atau salah melangkah, bisa berakibat fatal.

Baca juga: Selain Multazam, Pendaki Thoriq Rizki Juga Tewas di Gunung Piramid...

Jalur yang ekstrem itu telah memakan dua korban pendaki yakni pada 2019 dan 2020. Insiden pertama dialami Thoriq, pendaki yang hilang itu kemudian ditemukan dalam kondisi meninggal dunia pada Jumat (5/7/2019).

Insiden kedua terjadi pada Minggu (9/8/2020) seorang pendaki Gunung Piramid, Bondowoso, Jawa Timur dikabarkan meninggal dunia akibat terjatuh dari gunung berketinggian 1.521 mdpl tersebut.

Pendaki itu diketahui bernama Multazam (18) terjatuh setelah hendak turun dari puncak Piramid. Ada lima pendaki yang naik ke Gunung Piramid. Mereka melakukan pendakian pada Sabtu (8/8/2020).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Hotel Story
Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Travel Update
5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

Jalan Jalan
Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Travel Update
4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

Jalan Jalan
Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Travel Update
5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

Jalan Jalan
Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Travel Update
Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Jalan Jalan
Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Travel Update
Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Travel Tips
Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Travel Update
5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com