"Katakan 20 persen, terus dua long weekend kemarin itu katakan bisa 40-60 persen. Itu average room rate-nya turun 50 persen rata-rata," imbuh Maulana.
Belum semua hotel dan restoran di DKI dibuka
Alasan berikutnya mengapa PSBB ketat kali kedua ini akan berdampak lebih parah bagi sektor hotel yaitu belum semua hotel dibuka kembali di Jakarta.
"Masih banyak yang tutup. Dampaknya apa? Tenaga kerjanya belum terserap. Ini yang terjadi saat ini," ujar Maulana.
Kemudian, ia juga membicarakan hal yang sama terkait restoran di Jakarta. Banyak restoran yang akhirnya tutup kembali karena berada dalam mal atau pusat perbelanjaan.
Kekhawatiran orang untuk pergi ke mal pun masih amat dirasakan para pekerja restoran dan mal.
Ia menyebut bahwa hanya sekitar 20-30 persen pengunjung yang datang yang membuat restoran memilih tutup kembali.
Ia juga menjelaskan, belum semua hotel buka 100 persen. Artinya, banyak hotel yang sudah membuka kembali operasionalnya, tetapi hanya rata-rata 25 persen atau dalam arti lain belum buka sepenuhnya.
Hal tersebut karena pihak hotel masih merasa keberatan dari adanya penarikan pajak dan sejumlah beban lainnya.
Baca juga: 5 Alternatif Glamping di Bogor, Cocok untuk Staycation Saat Pandemi
Menurut Maulana, pengusaha hotel masih dibebankan dengan pajak, sekalipun usahanya tidak berjalan.
"Jadi dia bukanya enggak semuanya, karena dia udah nurunin daya listrik. Makanya saya bilang, hotel itu buka bukannya mau nyari untung lho, tapi dia nyari subsidi yang paling kecil. Itu aja yang mereka lakukan, umumnya hotel memberlakukan seperti itu," imbuh dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.