KOMPAS.com – Bukit Mongkrang merupakan salah satu tujuan wisata pendakian bagi masyarakat Kota Solo, Kabupaten Karanganyar, dan sekitarnya.
Itu karena medan pendakian Bukit Mongkrang termasuk mudah dan jelas, sehingga cocok bagi pendaki pemula.
Waktu tempuhnya pun tidak terlalu lama. Hanya butuh waktu sekitar satu jam bagi pendaki untuk mencapai puncak pertama, yakni Bukit Candi I dan II.
Adapun, Bukit Mongkrang biasanya didaki melalui Tlogo Dringo, Cemara Kandang, Kecamatan Tawangmangu, Karanganyar.
Tawangmangu sendiri merupakan destinasi wisata di lereng Gunung Lawu yang menjadi tujuan liburan masyarakat, terutama saat akhir pekan.
Para pendaki Bukit Mongkrang kebanyakan hanya mendaki sampai puncak pertama, yakni Bukit Candi I dan II.
Terdapat kawasan datar di kedua puncak itu yang bisa dimanfaatkan para pendaki untuk bersantai dan mendirikan tenda.
Pemandangan dari Bukit Candi I dan II pun begitu menawan. Pendaki bisa melihat Gunung Lawu yang menjulang tinggi di sisi utara.
Baca juga: Indahnya Matahari Terbit dari Bukit Mongkrang Karanganyar
Namun, apakah tempat yang biasanya didatangi pendaki itu merupakan puncak Bukit Mongkrang? Ternyata jawabannya adalah bukan.
Jika pendaki menghadap ke selatan di Bukit Candi I dan II, maka di depan akan terlihat puncak yang lebih tinggi lagi.
Ada dua puncak tinggi yang dapat disaksikan. Puncak pertama tepat berada di sisi selatan Bukit Candi yang dipisahkan oleh lembah. Dari kejauhan, puncak itu terlihat terdiri dari padang rumput dan tidak ada pepohonan.
Itulah puncak Bukit Mongkrang yang sebenarnya. Jika ingin sampai ke sana, maka pendaki butuh stamina lebih karena menuju Bukit Candi barulah setengah perjalanan.
Untuk mencapai puncak Bukit Mongkrang, pendaki harus mencapai Puncak Bukit Candi I terlebih dahulu.
Dari Bukit Candi I, ada jalan ke arah kiri dengan plang bertuliskan puncak. Meski begitu, jalurnya akan menurun karena pendaki harus melalui lembah yang memisahkan Bukit Candi dan Puncak Mongkrang.
Setelah turun, pendaki akan melalui jalan datar yang dijuluki sedelan karena bentuknya seolah seperti pelana atau sedel kuda dalam bahasa Jawa.
Baca juga: 5 Tips Mendaki Bukit Mongkrang Karanganyar saat Musim Kemarau