Mengutip Atlas Obscura, ini karena seni merakit ulang teater mainan dan mereka ulang pertunjukan yang digemari merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan masyarakat saat itu.
Seiring berjalannya waktu, pertunjukan teater mengubah tampilan pertunjukan yang cukup rumit untuk direka ulang melalui teater mainan. Alhasil, teater mainan mulai terlupakan.
Meski begitu, mengutip Museumslondon.org, karya-karya seni keterampilannya tetap digemari anak-anak setempat, termasuk Charlie Chaplin. Akhirnya seluruh karya yang masih tersisa saat Pollock meninggal disimpan di sana hingga kini.
Meski begitu pada 1944, mengutip Wsimag.com, toko yang dijalankan oleh dua putri Pollock dijual. Bangunannya pun hancur karena bom Jerman.
Seorang penjual buku dan pemain film membangun kembali bisnis mainan Pollock dengan menjual miniatur Regency Theatres.
Baca juga: Unik! Kabin Bianglala London Eye Jadi Bar Hingga Taman
Namun bisnis tersebut tidak terlalu laku hingga pada 1955, seorang wartawan BBC bernama Marguerite Fawdry membeli bisnis tersebut usai berkunjung untuk membeli properti mainan untuk anaknya.
Rasa cinta Fawdry terhadap mainan dan boneka membuatnya membuka museum mainan Pollock di loteng tokonya.
Koleksi mainan dan boneka yang makin bertambah membuat Pollock’s Toy Museum dikembangkan hingga memiliki ruang yang cukup untuk menampilkan seluruh barang.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.