Ritual tersebut juga dianggap sebagai penanda akan aliran kehidupan. Boneka-boneka tersebut dipercaya sebagai pengganti manusia.
Sementara itu, sebagian masyarakat Jepang menurut Atlas Obscura percaya bahwa boneka memiliki jiwa atau kekuatan untuk memberi pengaruh terhadap kehidupan manusia.
Berdasarkan kepercayaan tersebut, mereka merasa jika sembarangan membuang boneka, maka jiwa yang ada dalam boneka akan kembali menghantui mereka.
Lihat festival boneka
Kuil Awashima terkenal akan koleksi bonekanya yang beragam. Mulai dari boneka yang sudah ada sejak lama, hingga boneka terbaru.
Baca juga: Jepang Buka Travel Bubble dengan Lima Negara Asia, Ada Indonesia?
Setiap 3 Maret, kuil yang mencetuskan Japanese Dolls Festival kerap merayakan Hinamatsuri atau Doll’s Day.
Sebagai bagian dari perayaan festival, boneka-boneka akan ditaruh di atas perahu untuk dilarung ke laut. Hal ini dipercaya untuk membawa aura negatif dan roh jahat pergi bersama mereka.
Sebelum boneka-boneka tersebut dilarung menggunakan tiga perahu kayu, mengutip Guides-Japan, orang-orang yang merayakan menuliskan harapan dan doa untuk disertakan saat pelarungan.
Pada siang hari, pengunjung melakukan upacara penyucian di kawasan kuil sebelum boneka-boneka tersebut ditaruh di atas perahu. Hanya wanita yang boleh membawa perahu ke pantai.
Baca juga: Mau Berlibur ke Jepang? Anda Bisa Menginap di Kuil Bersejarah
Ritual Doll’s Day, juga dikenal dengan Girl’s Day, sudah ada sejak abad ke-8. Dahulu, ritual dilakukan di seluruh kuil di Jepang dan dilakukan di sungai.
Japan-Talk menuturkan, Kuil Awashima merupakan salah satu kuil terakhir di Jepang yang masih melakukan tradisi tersebut.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan