KOMPAS.com – Jepang memiliki sejumlah kuil indah yang bisa dikunjungi wisatawan. Beberapa kuil bahkan mengizinkan pengunjung untuk menginap di sana.
Namun, Jepang juga memiliki beberapa kuil yang digadang-gadang sebagai kuil terseram karena memiliki benda yang tidak biasa. Salah satunya adalah boneka Okiku.
YouTuber Billy Christian mengatakan, dahulu hiduplah seorang gadis berusia dua tahun bernama Okiku yang diberi hadiah boneka oleh kakaknya pada 1918.
“Boneka itu tingginya 40 cm, rambutnya pendek berwarna hitam. Adiknya senang sama bonekanya, dibawa kemana aja dia pergi,” kata Billy dalam Mystical Mystery virtual tour bertajuk Haunted Dolls, Minggu (20/9/2020).
Baca juga: Unik, di Jepang Bisa Sewa Gunung untuk Berwisata
Setahun kemudian, Okiku diceritakan meninggalkan karena sakit panas. Seluruh barang-barang kesayangannya dibakar.
Meski demikian, satu barang yang selalu dibawa Okiku tertinggal. Boneka berambut pendek tersebut pun akhirnya disimpan di altar.
“Lama kelamaan ada yang aneh. Rambutnya jadi panjang. Keluarganya melihat bahwa ekspresinya berubah-rubah. Keluarga memutuskan untuk pindahkan boneka ke kuil di Hokkaido tahun 1938,” ujar Billy.
Jika ingin melihat boneka Okiku dan beberapa benda aneh lainnya yang mungkin menyeramkan, berikut empat kuil terseram di Jepang yang telah Kompas.com rangkum dari berbagai sumber, Senin (21/9/2020):
1. Kuil Dainichibo, Prefektur Yamagata
Kuil Dainichibo terletak di kaki Gunung Yudono. Di sana, kamu bisa lihat salah satu dari 16 biksu yang dimumifikasi, yakni biksu Daijuku Bosatsu Shinnyokai Shonin (1687-1783).
Baca juga: Sejarah Kastil Shuri Jepang Berusia 5 Abad, Hancur Berkali-kali Saat Masa Perang
Pada abad ke-11 dan ke-19, praktik Sokushinbutsu tersebar di beberapa sekolah biksu Buddha Jepang, terutama di sekitar tiga gunung suci Prefektur Dewa, yakni Gunung Haguro, Gunung Gas, dan Gunung Yudono.
Prefektur Dewa merupakan prefektur Jepang kuno yang kini merupakan bagian dari Prefektur Yamagata.
Dalam praktik Sokushinbutsu, para biksu melakukan tiga regimen 1.000 hari yang mencakup kelaparan, meditasi, dan akhirnya dikubur hidup-hidup yang berujung kematian.
Jika dilakukan dengan benar, praktik juga mencakup mumifikasi. Pada saat itu, praktik tersebut dilihat sebagai langkah menuju pencerahan.
2. Prefektur Kyoto