"Ketiga, mendorong pengelolaan habitat orangutan secara kolaboratif dalam skala bentang alam dan mendukung viabilitas populasinya jangka panjang," imbuh Rizal.
Potensi wisata budaya lewat masyarakat adat
Selain menjadi rumah tinggal bagi orangutan serta beragam jenis hewan dan tumbuhan lainnya, Wehea-Kelay juga merupakan tempat tinggal masyarakat adat Dayak Wehea.
Rizal menerangkan, masyarakat adat Dayak Wehea mampu mengembangkan potensi wisata di daerahnya melalui budaya.
Salah satu pengembangan ekowisata yang telah berlangsung hingga kini adalah pesta adat Lom Plai yang dilakukan setiap April.
"Lom Plai ini telah masuk menjadi kalender wisata tahunan di Kabupaten Kutai Timur," tuturnya.
Ia menambahkan, kegiatan ini mampu mengubah Kampung Dayak Wehea menjadi kota karena banyaknya wisatawan yang hadir dan tertarik dengan pesta adat Lom Plai.
Mengutip situs resmi Kemendikbud, Lom Plai memiliki nama lain Emboh Jengea atau Pesta Panen. Upacara ini dilaksanakan oleh masyarakat Dayak Wehea setelah mereka selesai panen padi.
Baca juga: Mengunjungi Desa Dayak Pampang Samarinda
Tujuan diadakan Lom Plai adalah sebagai pengungkapan rasa syukur atas panen yang telah mereka dapatkan.
Upacara ini terdiri dari beberapa rangkaian yang masing-masing rangkaian tersebut saling terkait selama satu bulan.
Lom Plai juga dilakukan sebagai bentuk penghormatan dan peringatan pengorbanan dari Long Diang Yung (putri tunggal Ratu Diang Yung, penguasa suku Wehea) yang rela mengorbankan dirinya untuk masyarakat yang sedang dilanda kelaparan dan kekeringan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.