Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wehea-Kelay Dinilai Sukses Terapkan Konservasi Lintas Batas, Apa Itu?

Kompas.com - 29/09/2020, 08:08 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Wiratno mengatakan, Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) Wehea-Kelay sudah menerapkan apa yang dinamakan konservasi lintas batas.

"Konservasi lintas batas adalah di mana konservasi tidak bisa dibatasi hanya di kawasan konservasi atau hutan lindung. Di mana pun ia berada," kata dia.

Pernyataan itu Wiratno sampaikan dalam webinar Pengembangan Ekowisata Alam dan Primata di Bentang Alam Wehea-Kelay, Kalimantan Timur, Rabu (23/9/2020).

Baca juga: Tangkahan dan Kalibiru, Contoh Wisata Alam Berbasis Komunitas

Menurut dia, Wehea-Kelay yang tidak termasuk kawasan konservasi, justru sudah menjadi rumah bagi orangutan Kalimantan.

Itu karena Wehea-Kelay dianggap oleh orangutan sebagai tempat paling aman dan nyaman untuk ditinggali di Kalimantan. Tak heran, banyak sekali orangutan di Wehea-Kelay.

"Karena this is the most savest place, daerah paling aman untuk dia (orangutan)," imbuh Wiratno.

Kasus yang sama seperti Wehea-Kelay juga terjadi di Dusun Jatimulyo, Kulonprogo, Yogyakarta. Ia menjelaskan bahwa masyarakat di sana telah berhasil melindungi dan melestarikan alam bersandingan dengan pariwisata.

Baca juga: Bakal Digandrungi, Wisata Alam di Kawasan Konservasi Punya Potensi Besar

"Ketika dibuat Perdes tentang larangan menembak burung, tidak lama, setahun kemudian, ratusan jenis burung datang ke desa itu. Desa itu kini menjadi desa wisata berbasis burung," ujar dia.

Orangutan di KEE Wehea-Kelay, Kalimantan Timur.Dokumentasi Lebin Yen Orangutan di KEE Wehea-Kelay, Kalimantan Timur.

Ia menyebut bahwa Wehea-Kelay dan Dusun Jatimulyo sama-sama telah menerapkan Collective Action.

Lebih jauh Wiratno menjelaskan, collective action hanya bisa terjadi ketika terbangun collective awareness.

"Konservasi lintas batas membutuhkan multi-stakeholder, multi-pihak, siapa pun boleh ikut. Kedua, multi-disipliner, berbagai macam ilmu, multilevel leadership," kata dia.

Baca juga: Wehea-Kelay, Tempat Ekowisata dan Rumah Orangutan di Kalimantan Timur

Selain itu, konservasi lintas batas juga membutuhkan perbaikan berkelanjutan berdasarkan ilmu pengetahuan dan kearifan lokal.

Menurut Wiratno, Wehea-Kelay telah menerapkan hal ini terwujud dari adanya kombinasi antara ilmu pengetahuan dan kearifan lokal.

Ilmu pengetahuan dan kearifan lokal itu pun, kata dia, juga telah dipublikasikan melalui buku-buku yang dikeluarkan Forum KEE Wehea-Kelay.

Sekadar informasi, forum KEE Wehea-Kelay telah mengeluarkan enam buku tentang Wehea-Kelay yang semuanya berfokus pada primata orangutan.

Baca juga: Bertambah Dua Ekor, Bagaimana Kondisi Konservasi Badak Jawa di Ujung Kulon?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com