Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keliling Saksi Bisu G30S, Ada Museum yang Dulu Rumah Pahlawan Revolusi

Kompas.com - Diperbarui 30/09/2022, 16:30 WIB
Khenzie Godeleova,
Kahfi Dirga Cahya

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tepat 57 tahun lalu, tanggal 30 September, tujuh pahlawan revolusi mengalami penculikan, penyiksaan, hingga akhirnya wafat di Lubang Buaya.

Meski peristiwa tersebut terjadi sudah puluhan tahun silam, perjuangan mereka menegakkan dan mempertahankan Pancasila masih bisa dikenang hingga kini. Beberapa di antara lokasi asli peristiwa Gerakan 30 September (G30S).

Baca juga: 6 Tempat yang Menjadi Saksi Bisu Peristiwa G30S

Wisata Kreatif Jakarta (WKJ) mengadakan virtual tour yang dipandu oleh pemandu wisata, Ira Lathief, berkeliling mengunjungi empat saksi bisu peristiwa G30S.

Keempatnya adalah Museum Sasmitaloka Jenderal AH. Nasution, Museum Sasmitaloka Ahmad Yani, Kawasan Lubang Buaya, dan Tanam Makam Pahlawan.

 

 

Kediaman Jendral Nasution yang sempat ditinggali oleh Kapten Pierre Tendean. Berlokasi di  Jl. Teuku Umar  no. 40, Jakarta Pusat, Jumat (6/10/2010)wikimedia.org Kediaman Jendral Nasution yang sempat ditinggali oleh Kapten Pierre Tendean. Berlokasi di Jl. Teuku Umar no. 40, Jakarta Pusat, Jumat (6/10/2010)

Museum Sasmitaloka Jenderal AH Nasution

Pemberhentian pertama berada di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, yakni kunjungan ke Museum Jenderal AH Nasution.

Museum ini dulu merupakan rumah kediaman Jenderal Nasution dan keluarga, dan menjadi saksi bisu kejadian Tjakrabirawa yang berusaha menangkap Pak Nas, panggilan akrab Nasution.

Baca juga: Museum AH Nasution, Saksi Bisu Kisah Tragis G30S

Saat itu, Nasution berhasil kabur melalui tembok belakang rumah. Ira menjelaskan, Nasution berhasil kabur berkat sang istri, Johana Soenarti.

Tjakrabirawa memasuki rumah mereka dan Johana yang langsung sigap membuka pintu, kemudian menyuruh Nasution untuk segera kabur.

Virtual tour ini juga dilengkapi dengan pemutaran film G30S. Melalui film, tampak bagaimana Kapten Tendean tertangkap Tjakrabirawa dan mengaku dirinya sebagai Nasution.

Rumah Jenderal Nasution dijadikan museum pada tahun 2008 dan dikelola oleh TNI pada zaman pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. 

Baca juga: Lettu Pierre Tendean yang Jadi Korban Peristiwa G30S

Saat masuk ke dalam museum, pengunjung akan langsung melihat patung Nasution dengan nama beserta jabatannya pada bagian bawah patung. Selanjutnya, akan ada ruang kerja sang Jendral Besar.

Memasuki museum lebih dalam, ada ruang makan, dan juga diorama Johana yang sedang menggendong Ade Irma.

Baju Ade Irma dan juga Johana berlumur darah, karena Ade Irma terkena tembakan Tjakrabirawa.

Baca juga: Museum Ahmad Yani, Saksi Bisu Perjalanan Sang Jenderal Korban G30S

Saat penangkapan, Kapten Tendean sedang berjaga di rumah Nasution. Surat cinta dari tunangannya yang bernama Rukmini juga menjadi kisah menarik dibalik kejadian G30S.

Museum Sasmitaloka Ahmad Yani di Menteng, Jakarta Pusat.https://idea.grid.id Museum Sasmitaloka Ahmad Yani di Menteng, Jakarta Pusat.

Museum Ahmad Yani

Perjalanan berlanjut ke Museum Sasmitaloka Jenderal Ahmad Yani. Seperti Museum Jenderal AH Nasution, museum ini dulunya juga menjadi rumah tinggal Jenderal Ahmad Yani dan keluarga.

Namun, rumah keluarga itu mulai beralih fungsi menjadi museum sejak tahun 1980-an. 

Baca juga: Menelusuri Peristiwa G30S di Monumen Pancasila Sakti Lubang Buaya

Saat berkunjung ke museum Ahmad Yani, pengunjung bisa melihat sejumlah kenangan Ahmad Yani, salah satunya bar yang digunakannya untuk menyambut tamu-tamu dari luar negeri. 

Museum ini juga masih menyimpan peninggalan-peninggalan barang keluarga Ahmad Yani,  seperti bedak, gincu, dan juga sabun batang.

Pengunjung melihat Monumen Pancasila Sakti di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur, Minggu (8/5/2011). Nilai-nilai luhur Pancasila sebagai pemersatu bangsa saat ini dikhawatirkan semakin pudar seiring dengan makin kurangnya generasi muda mempelajari dan memahami Pancasila serta makin maraknya budaya kekerasan di kehidupan bangsa.KOMPAS/IWAN SETIYAWAN Pengunjung melihat Monumen Pancasila Sakti di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur, Minggu (8/5/2011). Nilai-nilai luhur Pancasila sebagai pemersatu bangsa saat ini dikhawatirkan semakin pudar seiring dengan makin kurangnya generasi muda mempelajari dan memahami Pancasila serta makin maraknya budaya kekerasan di kehidupan bangsa.

Lubang Buaya

Setelah berkeliling di Museum Ahmad Yani, Ira mengajak peserta virtual tour ke Lubang Buaya, tempat penyiksaan dan pembuangan para jenazah pahlawan revolusi.

Ira menjelaskan, penyiksaan yang dilakukan pasukan Tjakrabirawa, bertujuan untuk memaksa para jenderal menandatangani surat gerakan komunis.

Baca juga: Dulu di Belanda, Kini Keris Bugis Ada di Museum Nasional

Kawasan Lubang Buaya memiliki tiga titik terkait peristiwa G30S, yakni museum penghianatan PKI, rumah atau posko tempat penyiksaan para jendral, dan monumen pancasila.

Proses pemakaman Pendiri Kompas Gramedia dan Pemimpin Umum Harian Kompas, Jakob Oetama, di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan, Kamis (10/9/2020).KOMPAS.com/ERWIN HUTAPEA Proses pemakaman Pendiri Kompas Gramedia dan Pemimpin Umum Harian Kompas, Jakob Oetama, di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan, Kamis (10/9/2020).

TMP Kalibata

Tempat terkahir yang bisa dikunjungi untuk memperingati G30S, adalah Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata.

Baca juga: 14 Tempat Bersejarah di Jakarta Pusat, Ada Museum dan Taman

Tempat ini adalah peristirahatan terakhir para pahlawan revolusi, sehingga sudah dimakamkan dengan layak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com