KOMPAS.com – Bagi wisatawan Muslim yang ingin berkunjung ke Taiwan jika sudah memungkinkan, tidak perlu khawatir kesulitan mencari makanan halal.
Peneliti Pusat Penelitian Kewilayahan (P2W) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Rita Pawestri Setyaningsih mengatakan, Taiwan tengah menyasar pasar Muslim dalam industri pariwisatanya.
“Menurut Global Muslim Travel Index, sejak lima tahun belakangan, peringkat Taiwan meningkat dalam hal tujuan wisata terbaik di antara negara-negara non-Muslim. Dari peringkat 10 pada 2015, jadi peringkat tiga pada 2019,” kata dia.
Baca juga: Taiwan Buka Pariwisata untuk Turis Asing mulai Oktober 2020
Pernyataan itu Rita sampaikan dalam webinar LIPI bertajuk Prospek Wisata Halal Bagi Indonesia: Pengalaman Dari Taiwan, Rabu (30/9/2020).
Melalui hasil penelitian yang dilakukan pada 2018, ia mengungkapkan bahwa Taiwan mendefinisikan pariwisata halal sebagai pariwisata umum yang dilengkapi dengan layanan ramah Muslim.
Meski baru berkembang pesat pada 2016, sebenarnya Taiwan sudah mulai mempromosikan pariwisata halal sejak 2009.
“Dulu ada brosur bertuliskan Taiwan targets Muslim tourists yang diterbitkan Chinese Muslim Association (CMA). Mereka semacam Majelis Ulama Indonesia (MUI) kalau di sini,” ujar Rita.
Ia melanjutkan, baru ada regulasi yang mendukung program itu pada 2016. Artinya, terjadi kekosongan pada 2009–2016. Oleh karena itu, industri pariwisata halal Taiwan mengalami pertumbuhan rendah pada tahun itu.
Kebijakan dan kerja sama untuk dongkrak wisata halal
Berkembangnya pariwisata halal di Taiwan secara pesat terjadi lantaran negara tersebut menciptakan kebijakan New Southbound Policy (NSP) dengan 18 negara.
Adapun negara-negara tersebut adalah Australia, Bangladesh, Bhutan, Brunei, Kamboja, India, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Nepal, Selandia Baru, Pakistan, Filipina, Singapura, Sri Lanka, Thailand, dan Vietnam.
Kebijakan memang lebih difokuskan untuk meningkatkan kerja sama Taiwan dengan negara lain agar tidak bergantung pada daratan China. Namun, ternyata kerja sama itu juga memengaruhi pariwisata halal.
Baca juga: Masjid Agung Taipei, Masjid Tertua dan Terbesar di Taiwan
“Muslim di Taiwan hanya sekitar satu persen dari 23 juta penduduknya. Justru yang menambah Muslim adalah migran. Ada sekitar 300.000 migran Indonesia di sana,” kata Rita.
Melihat adanya permintaan akan fasilitas dan layanan ramah Muslim dari sejumlah besar migran di Taiwan, termasuk dari Indonesia, negara tersebut mengembangkan pariwisata halal yang berfokus pada dua hal.
Adapun, dua hal yang dimaksud adalah pemberian sertifikasi halal dan menciptakan lingkungan ramah Muslim.
“Di awal perkembangan pariwisata halal pada 2016–2017, wisatawan Muslim yang datang relatif sedikit. Hanya dua persen. Kebanyakan dari Malaysia, Singapura, Indonesia, dan India,” ujar Rita.
Fenomena itu wajar terjadi lantaran konsep wisata halal masih cukup asing dan baru berkembang saat itu.
Baca juga: Potret Berbeda Restoran di China, Hong Kong, dan Taiwan Setelah Kembali Buka
Ketersediaan restoran halal dan hotel yang menyediakan fasilitas alat ibadah, petunjuk kiblat, dan tempat wudhu pun sangat terbatas.
“Pada 2014–2018 mulai (wisata halal) meningkat sangat cepat. Bahkan pada 2019, ada 217 restoran dan hotel yang bersertifikat halal di Taiwan,” imbuh Rita.
Saat ini, wisatawan Muslim tidak perlu khawatir karena mencari restoran serta akomodasi lain yang ramah Muslim terbilang cukup mudah.
Bahkan, mendengar lantunan adzan saat pergi ke pasar pun sudah merupakan hal yang kerap terjadi di Taiwan. Sejumlah pasar swalayan juga memiliki pojok Muslim untuk makanan dan minuman halal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.