Batik tiga negeri terkenal akan paduan warna merah, biru, dan sogan (cokelat kekuningan). Pada saat itu, pewarnaan dilakukan secara alami.
Mengutip laporan Overzicht van den Economischen toestand der Inlandsche Bevolking Java en Madoera (1904) milik C. T. H. Van Deventer, Gilang mengatakan, warna dihasilkan dari pewarna alami.
Untuk merah, warna dihasilkan dari akar mengkudu. Sementara biru dari daun Indigofera, dan sogan dari kayu tegeran.
“Warna merah, biru, dan sogan merupakan representasi dari kebudayaan China, Eropa, dan Jawa yang berpadu padan dengan sangat harmonis,” ucap Gilang.
Pada 1896, Lasem memiliki 4.300 pembatik yang menghasilkan batik tiga negeri. Namun pada 2020, jumlah pengrajin batik tiga negeri berkurang menjadi 2.500.
Jika ingin membeli batik tiga negeri, wisatawan tidak perlu khawatir lantaran saat ini di sana masih ada sejumlah rumah batik yang menyediakannya.
Beberapa rumah batik tersebut antara lain adalah Rumah Batik Maranatha Ong’s Art, Rumah Batik Lumintu, dan Rumah Batik Kidang Mas.
Sempat berjaya pada era perdagangan candu
Pada abad ke-19, Lasem sempat berjaya dalam era perdagangan candu di Pulau Jawa. Dahulu, di sana terdapat sebuah perkumpulan rahasia bernama Tian Di Hui.
“Terbentuk di China pada 1762. Perkumpulan langit dan bumi ini yang menguasai perdagangan candu. Saat ini masih ada artefak peninggalan Tian Di Hui bernama Pintu Merah di Desa Babagan,” kata Gilang.
Baca juga: Pantai Watu Layar, Pilihan Wisata Lain di Lasem
Dia melanjutkan, terdapat dugaan bahwa batik tiga negeri muncul dalam perkumpulan rahasia tersebut saat Opium Regie terjadi pada 1894.
“Para juragan candu itu menjadi banting setir merambah ke pasar batik. Dengan jaringan yang sudah ada, pasar batik Lasem pun lancar,” tutur Gilang.