BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif

Harus Tahu, Serba-serbi Motif Batik Daerah di Indonesia

Kompas.com - 10/10/2020, 09:03 WIB
Alek Kurniawan,
Agung Dwi E

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Sorot mata Suratmi (54) terlihat serius memandangi kain putih yang hampir setengahnya sudah bermotif. Tangan kanannya tampak sibuk memegang sambil menggerakkan canting mengikuti sketsa motif yang sudah digambar sebelumnya.

Sesekali, ketika malam atau lilin yang ada di dalam canting sudah mengeras, ia mencelupkan alat lukis tersebut ke dalam wajan kecil yang berisi lilin cair. Perlahan tapi pasti, ia menyelesaikannya. Dengan kesabaran dan ketekunan, kain putih bersih itu pun menjadi kain batik yang sarat nilai dan makna.

Lebih kurang, begitu cara membuat batik tulis dengan cara tradisional #DiIndonesiaAja. Pada dasarnya, batik bisa pula dibuat dengan cara dicap dan dicetak. Selain proses pembuatan yang beragam, batik memiliki motif yang juga bermacam-macam.

Penelitian yang dilakukan Bandung Fe Institute dan Sobat Budaya pada 2015 mencatat, setidaknya ada 5.849 motif batik Indonesia yang tersebar dari Aceh hingga Papua.

Keragaman motif dan kuatnya nilai filosofi yang menyertai batik ini pun membuat United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) secara resmi menetapkan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi pada 2 Oktober 2009.

Untuk mengenal lebih jauh tentang pusaka Nusantara ini, berikut Kompas.com ulas ragam motif batik dari beberapa daerah di Tanah Air.

Seorang pembatik sedang mengerjakan salah satu motif batik Betawi.DOK. SHUTTERSTOCK/HIDAYAT82 Seorang pembatik sedang mengerjakan salah satu motif batik Betawi.

1. Batik Betawi

Batik Betawi memang tak sepopuler batik Yogyakarta, Solo, ataupun Pekalongan. Namun, kekayaan ragam motif batik Betawi tak bisa diabaikan begitu saja.

Dari segi warna, batik Betawi biasanya menggunakan warna-warna cerah, seperti hijau, merah, dan biru. Lalu, untuk corak, batik Betawi kebanyakan terinspirasi dari nilai-nilai budaya yang terdapat di masyarakat.

Diberitakan Kompas.com, Senin (2/10/2017), batik Betawi memiliki motif kuno yang meliputi motif nusa kelapa, motif ciliwung, motif rasamala, motif salakanegara, motif pucuk rebung, dan motif ondel-ondel. Sayangnya, kini motif batik Betawi tersebut sudah sulit ditemui.

Satu-satunya motif batik Betawi kuno yang masih bertahan adalah motif ondel-ondel. Dari sisi makna, motif ondel-ondel melambangkan tolak bala. Selain motif kuno, batik Betawi juga menghadirkan ragam motif modern yang meliputi motif monas, kembang kelapa, dan bahkan motif TransJakarta.

Ilustrasi pembuatan batik Yogyakarta.DOK. SHUTTERSTOCK/ASEP DWI KURNIAWAN Ilustrasi pembuatan batik Yogyakarta.

2. Batik Yogyakarta

Yogyakarta menjadi salah satu daerah penghasil batik paling populer di Indonesia. Selain itu, daerah yang dijuluki kota budaya ini juga memiliki ragam motif batik yang penuh makna dan biasanya masing-masing motif hanya digunakan pada momen-momen tertentu.

Beberapa motif batik Yogyakarta yang akrab ditemui di antaranya motif ceplok, motif truntum, motif parang, motif nitik, dan motif kawung.

Ambil contoh motif kawung. Pada motif ini, tergambar empat lingkaran berbentuk elips yang mengelilingi lingkaran kecil sebagai pusat. Lingkaran elips tersebut disusun memanjang menurut garis diagonal miring ke kiri atau ke kanan berselang-seling. Adapun inspirasi motif ini berasal dari buah aren yang dibelah dua.

Tak sekadar gambar, motif tersebut ternyata punya makna yang dalam, yaitu menunjukkan empat arah angin dengan lambangnya masing-masing.

Di sisi timur terdapat matahari terbit yang melambangkan sumber kehidupan, utara ada gunung yang berarti tempat tinggal para dewa, barat merupakan arah matahari terbenam yang melambangkan turunnya keberuntungan, dan selatan terdapat zenit yang memiliki makna puncak segalanya.

Dahulu kala, motif kawung kerap dikenakan oleh sentana dalem (orang yang memiliki hubungan keluarga dengan raja) di Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Seiring perkembangan zaman, batik ini jamak digunakan oleh masyarakat luas.

Ilustrasi batik Solo.DOK. SHUTTERSTOCK/RADITYA Ilustrasi batik Solo.

3. Batik Solo

Tak jauh dari Yogyakarta, terdapat Kota Solo yang juga memiliki sejarah panjang terhadap batik. Meskipun banyak yang mengira motif dan corak batik kedua daerah ini sama, ternyata anggapan ini tak sepenuhnya benar.

Dari sisi corak, batik Solo cenderung menggunakan warna cokelat atau gelap sebagai background. Tentu ini berbeda dengan batik Yogyakarta yang menggunakan putih sebagai warna dasar.

Perbedaan kedua ada pada motif. Diberitakan Kompas.com, Selasa (3/10/2017), meskipun masih sama-sama mempertahankan desain baku dari keraton, ada hal berbeda yang mendasar.

Misalnya pada motif parang, batik Yogyakarta menggambarkan parang dari sisi kanan atas ke kiri bawah. Pada batik Solo, motif parang digambarkan dari kiri atas ke kanan bawah.

Motif batik Solo pun tak hanya sebatas motif parang, terdapat banyak motif dengan ragam makna, seperti motif sidomukti yang melambangkan kesejahteraan, motif truntum yang bermakna cinta tumbuh kembali, motif satrio manah yang biasanya digunakan untuk lamaran, dan ragam motif lainnya.

Batik Semarang yang khas dengan warna cerahnya.DOK. SHUTTERSTOCK Batik Semarang yang khas dengan warna cerahnya.

 4. Batik Semarang

Bergeser ke utara Jawa Tengah, terdapat Kota Semarang yang juga memiliki bermacam-macam motif batik. Bila dilihat dari sisi corak dan warna, batik Semarang memiliki perbedaan jauh dibandingkan batik Yogyakarta dan Solo.

Batik Semarang cenderung menggunakan warna-warna cerah dan corak yang tidak begitu padat. Dari segi motif, batik Semarang memiliki ciri khas perpaduan batik pesisir dengan budaya percampuran masyarakat Tionghoa.

Motif khas pesisir di antaranya pola flora dan fauna yang meliputi motif burung merak, kupu-kupu, bangau, cempaka, mawar, dan burung blekok.

Tak hanya itu, batik Semarang juga memiliki ragam motif ikon Semarang masa kini, seperti Lawang Sewu, Tugu Muda, dan asam.

Batik motif megamendung asal Cirebon.DOK. SHUTTERSTOCK Batik motif megamendung asal Cirebon.

5. Batik Cirebon

Berbicara tentang batik pesisir, tampaknya tak hanya batik Semarang saja yang populer di kalangan masyarakat. Sebab, ada batik Cirebon yang terkenal dengan motif megamendung, motif pincuk, motif kereta kencana, dan motif lereng.

Sama seperti batik Semarang, batik Cirebon juga menggunakan warna cerah sebagai latar dan kebanyakan motifnya terinspirasi dari kondisi alam sekitar.

Salah satu hal yang membedakan batik Cirebon dengan batik dari daerah lain di Indonesia adalah proses pembuatannya, terutama bagian pewarnaan.

Para seniman batik di Cirebon menyebut proses pewarnaan batik mereka dengan istilah pengobatan. Proses ini dilakukan dengan cara meletakkan kain di sebuah alat yang bernama alat pengobatan. Alat ini berbentuk seperti timbangan yang digunakan dengan menggoyangkan ke sisi kanan-kiri agar pewarna menyerap sempurna.

Pesona batik Nusantara memang tak hanya sebatas lima daerah yang telah disebutkan. Namun, kelima daerah ini bisa mewakili betapa kaya dan beragamnya jenis batik di Tanah Air.

Sebagai generasi penerus bangsa, seyogianya kita menjaga dan melestarikan harta warisan batik dengan baik. Salah satu caranya, dengan bangga memakai batik asli Indonesia.

Selain itu, Anda bisa pula mengikuti kontes foto dan video #BatikItuAsyik dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Caranya, buat foto atau video menggunakan batik atau kain tradisional bermotif khas daerah, lalu unggah foto lewat Instagram dan video pada akun TikTok.

Buat caption menarik dan selipkan pantun yang menunjukkan rasa bangga saat menggunakan batik. Setelah itu, mention akun @pesonaid_travel di Instagram dan @indonesia.travel di TikTok serta gunakan hashtag #BatikItuAsyik.

Periode kontes berlangsung pada 2-16 Oktober 2020. Pemenang akan diumumkan pada 18 Oktober 2020 di Instagram @pesonaid_travel. Pemenang akan mendapatkan tiga signature batik eksklusif dan 10 hadiah menarik. Untuk informasi lebih detail, silakan kunjungi tautan ini.


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com