KOMPAS.com – Bali sudah menyambut kembali wisatawan nusantara (wisnus) sejak 31 Juli 2020. Namun, keadaan masih belum membaik bagi industri perhotelan.
“Memang ada peningkatan, tapi sedikit. Okupansi hanya single digit kisaran 5–7 persen atau 5–9 persen,” kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Badung, I Gusti Agung Ngurah Rai Suryawijaya, kepada Kompas.com, Minggu (11/10/2020).
Meski begitu, persentase okupansi tersebut hanya mencakup beberapa hotel lantaran saat ini masih ada hotel yang belum buka.
Baca juga: Okupansi Hotel Bintang di Indonesia Mulai Menggeliat, Bali Paling Rendah
Ia melanjutkan, pemasukan industri perhotelan Bali mencapai minus selama pandemi Covid-19 melanda sekitar tujuh bulan lamanya.
“Dalam situasi normal, hotel berjalan dengan tingkat okupansi di atas 40 persen baru ada pendapatan. Kalau hanya 5–7 persen, hotel melakukan efisiensi,” ujar Rai.
Adapun beberapa hotel melakukan efisiensi tenaga kerja dengan hanya mempekerjakan sejumlah staf untuk pelayanan.
Salah satu faktor yang memengaruhi tingkat okupansi hotel adalah lama tinggal wisnus yang saat ini hanyalah tiga hari dua malam.
Baca juga: Itinerary 2 Hari 1 Malam di Jembrana Bali, Lihat Kerangka Manusia Purba
Selain itu, tingkat okupansi hotel juga dipengaruhi daerah wisnus tersebut berasal. Menurut Rai, Jakarta merupakan salah satu kontributor terbesar pada perekonomian industri perhotelan.
Namun, PSBB jilid dua yang sedang diberlakukan membuat sejumlah wisnus asal Jakarta sulit terbang ke Bali, sehingga memengaruhi tingkat okupansi hotel.
Ada peningkatan, tetapi tidak terlalu signifikan
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.