"Jadi bukan nilai seninya, tapi nilai budaya yang paling utama," ujar Jonathan.
Kemudian, motif-motif pada periode tersebut pun juga berbeda dengan periode berikutnya.
Pada kala itu, masyarakat Sumba menggunakan motif binatang dan motif yang menggambarkan karakteristik orang Sumba pada desain tenun ikatnya.
Ada alasan tersendiri mengapa motif-motif itu yang digunakan. Alasannya, karena masyarakat Sumba menenun untuk menggambarkan karakteristik kebudayaan pada periode tersebut.
Baca juga: Uniknya Magowo Libu Watu, Ritual Tangkap Ikan di Sumba Barat
Contohnya adalah tenun Hinggi Kombu. Hinggi sendiri berasal dari bahasa Sumba yang berarti selembar kain, dan Kombu artinya warna merah.
"Tenun ini berasal dari Sumba Timur bagian Kanatang, ditenun oleh keluarga bangsawan, dan diperuntukkan untuk ritual-ritual keagamaan," ujar dia.
2. Tenun untuk menggambarkan status sosial masyarakat Sumba
Alasan berikutnya mengapa orang Sumba menenun yaitu untuk menggambarkan status sosialnya.
Jadi, sambung Jonathan, orang Sumba menenun tidak hanya untuk persembahan kepada Tuhan, melainkan juga menggambarkan status sosial dan keperluan acara adat.
Masyarakat Sumba pada tahun 1900an mengalami pergeseran nilai tenun yang ditandai pula dengan motif berbeda.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.